Tensi Timur Tengah Panas, Harga Minyak Sentuh Level Tertinggi

Safyra Primadhyta | CNN Indonesia
Kamis, 12 Apr 2018 08:44 WIB
Harga minyak dunia menyentuh level tertingginya sejak 2014. Lonjakan harga terjadi pasca Arab Saudi mencegat serangan peluru kendali ke arah Riyadh.
Harga minyak dunia menyentuh level tertingginya sejak 2014. Lonjakan harga terjadi pasca Arab Saudi mencegat serangan peluru kendali ke arah Riyadh. (REUTERS/Edgar Su).
Jakarta, CNN Indonesia -- Harga minyak dunia menyentuh level tertingginya sejak 2014 pada perdagangan Rabu (11/4), waktu Amerika Serikat (AS). Lonjakan harga terjadi pasca pernyataan Arab Saudi yang mencegat serangan peluru kendali ke arah Riyadh.

Selain itu, penguatan harga juga dipicu oleh peringatan Presiden AS Donald Trump kepada Rusia terkait aksi militer di Suriah.

Dilansir dari Reuters pada Kamis (12/4), harga minyak mentah berjangka Brent naik US$1,02 menjadi US$72,06 per barel pada penutupan perdagangan, setelah sempat menyentuh level US$73,09 per barel.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kenaikan juga terjadi pada harga minyak mentah berjangka AS West Texas Intermediate (WTI) sebesar US$1,31 atau dua persen menjadi US$66,82 per barel. Harga WTI sempat menyentuh level US$67,45 selama sesi perdagangan.

Kedua harga minyak acuan berada di level tertinggi sejak lebih dari tiga tahun terakhir, akibat kekhawatiran terhadap risiko geopolitik lebih besar dibanding sentimen peningkatan persediaan minyak mentah AS.

"Laporan data persediaan bearish dengan cepat, dilawan oleh pernyataan terkait dicegatnya serangan roket di Riyadh yang meningkatkan tensi geopolitik baru-baru ini," ujar Analis Pasar Energi dan Broker Kontrak Berjangka Komoditas CHS Hedging LLC Anthony Headrick.

Harga minyak juga mengalami reli kenaikan harga, seiring pernyataan Trump yang mengancam bakal menembakkan peluru kendali di Suriah. Washington dan sekutunya telah mempertimbangkan untuk melancarkan serangan udara, menyusul dugaan serangan gas beracun yang terjadi pekan lalu.

Beberapa maskapai penerbangan utara mengubah rute penerbangan setelah badan pengatur lalu lintas udara Eropa memberikan peringatan kepada pesawat yang terbang di timur Mediterania. Hal itu dilakukan untuk mengantisipasi potensi terjadinya serangan udara di Suriah.


Trump telah mengeluarkan kritik terhadap Rusia karena berada di pihak Presiden Suriah Bashar al-ASsad.

"Rusia telah berjanji untuk melumpuhkan seluruh peluru kendali yang ditembakkan ke Suriah. Bersiaplah Rusia, karena mereka (peluru kendali) akan datang, (dengan) bagus, baru dan 'cerdas'," ujar Trump dalam cuitan di akun Twitternya.

Suriah bukan merupakan produsen minyak yang penting, tetapi setiap sinyal konflik di kawasan memicu kekhawatiran terhadap aliran minyak mentah yang mengalir ke wilayah Timur Tengah yang lebih luas.

Laporan soal peluru kendali di Riyadh memperburuk kekhawatiran yang ada, di luar kekhawatiran terhadap AS yang kemungkinan bakal memperbarui sanksi terhadap Iran.

Kepala Riset Komoditas Commerzbank Eugene Weinberg menyatakan faktor fundamental dari pasar minyak tidak membenarkan harga yang berlaku saat ini. Sayangnya, pasar lebih fokus terhadap kondisi politik dan mengabaikan beberapa tanda peringatan, khususnya dari kenaikan produksi minyak AS.


Menteri Energi Arab Saudi Khalid al-Falih menyatakan Arab Saudi tidak akan membiarkan kelebihan pasokan minyak kembali terjadi, mengindikasikan bahwa pimpinan de facto Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) ini bakal melanjutkan upaya untuk menahan pasokan.

Beberapa analis menyatakan tidak semua indikator pasar minyak memberikan sinyal bahwa harga minyak bakal terus mengalami reli.

Sebagai catatan, berdasarkan data Badan Administrasi Informasi Energi AS (EIA) persediaan minyak mentah AS naik 3,3 juta barel pada pekan yang berakhir 6 April 2018. Lonjakan tersebut merupakan suatu kejutan setelah sebelumnya para analis memperkirakan stok minyak AS bakal turun 189 ribu barel.

Analis Energi Senior Intefax Energy Global Gas Analytics Abhishek Kumar menyatakan pasar tetap fokus kepada faktor fundamental meskipun terjadi kenaikan hagra pasca dicegatnya serangan peluru kendali di Riyadh.

"Pelaku pasar akan memperhatikan profil produksi minyak AS yang juga diperkirakan bakal berpengaruh besar terhadap hasil pertemuan OPEC pada Juni mendatang," ujar Kumar di London.

(lav/lav)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER