BI Catat Inflasi Pekan Ketiga April 0,12 Persen

Yuli Yanna Fauzie | CNN Indonesia
Sabtu, 21 Apr 2018 21:00 WIB
Inflasi pada bulan ini disumbang oleh kenaikan harga pangan, seperti bawang merah, cabai merah, daging ayam, dan telur ayam.
Bank Indonesia mencatat kenaikan harga cabai merah turut menjadi pendorong inflasi hingga pekan ketiga April.(ANTARAFOTO/Basri Marzuki)
Jakarta, CNN Indonesia -- Hasil survei Bank Indonesia (BI) pada pekan ketiga bulan ini memperkirakan laju Indeks Harga Konsumen (IHK) akan mengalami inflasi sebesar 0,12 persen secara bulanan pada April 2018. Sementara secara tahunan, inflasi menyentuh kisaran 3,44 persen.

Deputi Gubernur BI Dody Budi Waluyo mengatakan, inflasi tersebut disumbangkan oleh pergerakan harga bahan pangan (volatile foods). Sementara itu, kenaikan harga barang yang diatur pemerintah (administered price), seperti harga Bahan Bakar Minyak (BBM) nonsubsidi jenis Pertalite, dinilai belum mempengaruhi inflasi.

"Pendorongnya adalah bawang merah, cabai merah, daging ayam, dan telur ayam," ujar Dody di Kompleks Gedung BI, Jumat (20/4).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


Dengan begitu, sambungnya, laju inflasi masih sesuai dengan target BI sebesar 3,5 persen plus minus satu persen untuk sepanjang tahun ini.

"Karena dari sisi inflasi inti menurun sejalan dengan ekspektasi inflasi yang tetap terjaga, ditopang oleh konsistensi kebijakan moneter serta koordinasi yang kuat antara BI dan pemerintah dalam mengendalikan inflasi," pungkasnya.

Sebelumnya, Gubernur BI Agus D.W Martowardojo mengatakan bahwa pemerintah masih terus melihat dampak kenaikan harga Pertalite terhadap inflasi.

"Secara umum kami melihat core inflation (inflasi inti) dan juga volatile food semua dalam kondisi baik. Kalau seandainya ada penyesuaian (harga BBM) yang tidak disubsidi," kata Agus pekan lalu.


PT Pertamina (Persero) resmi mengerek harga BBM jenis Pertalite mulai 24 Maret 2018 lalu. Kenaikan harga mempertimbangkan tekanan dari pergerakan harga minyak dunia dan kurs rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS).

Harga Pertalite di Pulau Jawa, Bali, Nusa Tenggara Barat (NTB), dan Nusa Tenggara Timur (NTT) naik sekitar Rp200 per liter menjadi Rp7.800 per liter. Sedangkan Pulau Sumatera, Pertalite akan dijual dengan harga Rp8.000 per liter.

Namun, untuk Riau dan Kepulauan Riau, harganya mencapai Rp8.150 per liter. Sedangkan kawasan Kalimantan, Sulawesi, Maluku hingga Papua, harganya mencapai Rp8.000 per liter. (agi/bir)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER