Menristek Antisipasi Dampak Revolusi Industri di Tenaga Kerja

Mesha Mediani | CNN Indonesia
Kamis, 03 Mei 2018 07:59 WIB
Pemerintah mengklaim telah mengantisipasi dampak penerapan revolusi industri 4.0 yang diyakini akan berpengaruhi pada perkembangan sektor ketenagakerjaan.
Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi Mohamad Nasir. (CNN Indonesia/Tri Wahyuni).
Bandung, CNN Indonesia -- Pemerintah mengklaim telah mengantisipasi dampak penerapan revolusi industri 4.0 yang diyakini akan berpengaruhi pada perkembangan sektor ketenagakerjaan.

Hal itu disampaikan Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Mohamad Nasir saat berpidato pada peringatan Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) di Kampus Iwa Koesoemasoemantri Universitas Padjadjaran (Unpad), Bandung, Jawa Barat, Rabu (2/5).

"Kami menggagas beberapa kebijakan untuk menjawab kebutuhan di era ini. Salah satu kebijakan yang akan segera diimplementasikan adalah Program Pendidikan Jarak Jauh (PJJ)," kata Nasir.
Dalam waktu dekat, Kemenristekdikti akan mengeluarkan permenristekdikti untuk mendukung pelaksanaan program itu.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Nasir menuturkan, salah satu implementasi dari kebijakan PJJ nantinya adalah pembangunan universitas siber (Cyber University) yang dipersiapkan untuk pembelajaran daring (online).

Dengan demikian, pendidikan tinggi ke depan akan menawarkan banyak pilihan model pembelajaran, mulai dari face to face, online learning, hingga blended learning.
Kendati demikian, Nasir tak menampik bahwa kualitas teknologi penunjang rencana tersebut masih belum maksimal.

"Kita tidak dapat memungkiri bahwa saat ini pendidikan memang sudah mengarah ke online learning, meski di sisi lain tak sedikit perguruan tinggi yang masih mengalami kendala dalam infrastruktur," ujarnya.

Nasir pun berharap pengembangan PJJ mampu meningkatkan akses masyarakat dalam menempuh jenjang pendidikan tinggi berkualitas secara signifikan.

Berdasarkan data Kemenristekdikti, saat ini angka partisipasi kasar (APK) pendidikan tinggi alias partisipasi kasar dalam mengenyam pendidikan tinggi baru 31,5 persen. Kenyataannya, jika pembelajaran hanya diterapkan secara konvensional, peningkatan APK hanya berkisar di 0,5 persen per tahun.

Dengan terobosan PJJ ini, Nasir berharap APK pendidikan tinggi mampu meningkat mencapai 40 persen di tahun 2022-2023. Asalkan, PJJ dapat diakses oleh lebih banyak orang dan secara efektif diterapkan.

Nasir pun mengingatkan keharusan perguruan tinggi untuk melakukan riset dan inovasi dalam situasi sosial yang penuh disrupsi di era sekarang ini, terutama dengan dorongan Revolusi Industri 4.0.
Adapun, pengertian Revolusi Industri 4.0 mengacu pada buku The Fourth Industrial Revolution karya Klaus Schwab yang menerangkan tentang arus revolusi gabungan teknologi fisik, digital, dan biologis yang berdampak pada semua disiplin ilmu. Sebut saja internet of things, genetic editing, artificial intelligent, big data mining, mobil swakendara, superkomputer, dan sebagainya adalah bentuk-bentuk teknologi yang merevolusi cara manusia menjalani kehidupan.

Menurut Nasir, revolusi itu telah mengubah ciri dan cara lama dalam banyak aspek kehidupan, di antaranya dalam bidang pekerjaan dan atau profesi yang akan dimasuki oleh para lulusan dari perguruan tinggi.
Di sisi lain, kata Nasir, revolusi itu menjadi tantangan yang harus dijawab oleh pendidikan tinggi. Pelaksanaan pembelajaran, termasuk riset-riset yang dilakukan insan perguruan tinggi harus bisa menjawab kondisi disruptif tersebut.

"Jika tidak, maka proses pendidikan tinggi kita tidak dapat menyentuh kenyataan sosial yang sebenarnya," ujarnya. (lav)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER