Stabilkan Rupiah, BI Tambah Frekuensi Swap Dua Kali Sepekan

Yuli Yanna Fauzie | CNN Indonesia
Jumat, 04 Mei 2018 23:05 WIB
BI memastikan kebijakan penambahan frekuensi transaksi swap lindung nilai sudah mulai dilakukan pekan ini. Kebijakan ini dilakukan guna menstabilkan rupiah.
BI memastikan kebijakan penambahan frekuensi transaksi swap lindung nilai sudah mulai dilakukan pekan ini. Kebijakan ini dilakukan guna menstabilkan rupiah. (CNN Indonesia/Safir Makki)
Jakarta, CNN Indonesia -- Bank Indonesia (BI) memastikan bahwa kebijakan penambahan frekuensi transaksi swap lindung nilai valuta asing (valas) dari bank devisa dan perusahaan pialang pasar uang ke BI sudah mulai dilakukan pada pekan ini. Hal ini bertujuan guna menstabilkan nilai tukar rupiah.

"Minggu ini dua kali dan sudah masuk penawaran. Sudah masuk dari perbankan dan sudah digunakan. Jadi itu adalah instrumen moneter untuk stabilkan kurs," ujar Kepala Departemen Pengelolaan Moneter BI Nanang Hendarsah di Gedung BI, Jumat (4/5).

Berdasarkan data BI, pada pekan ini bank sentral menggelar lelang FX swap pada 2 dan 3 Mei 2018. Pada 2 Mei, tercatat tidak terdapat penawaran yang dapat dimenangkan untuk swap bertenor 1, 3, 6, dan 12 bulan.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


Sedangkan pada 3 Mei, tercatat total transaksi swap mencapai US$560 juta. Transaksi itu terbagi atas swap bertenor 1 bulan sebesar US$480 juta dan swap bertenor 3 bulan sebesar US$80 juta.

"FX swap itu bank melakukan sell and buy, jadi swap ke BI, lalu kami kasih rupiah. Nanti sebulan kemudian, dolarnya kami kembalikan ke bank," jelasnya.

Kendati begitu, untuk pelaksanaan lelang FX swap ke depan, Nanang memastikan bahwa BI tetap tidak mematok berapa frekuensi pasti yang akan diberlakukan. Pasalnya, hal ini sangat bergantung pada kondisi dan kebutuhan pasar.


"Nanti akan kami lihat dulu, tergantung kondisi pasar. Bisa satu kali, bisa dua kali," pungkasnya.

Adapun penerapan lelang FX swap yang lebih dari satu kali selama sepekan ini dilakukan BI sebagai upaya untuk menjaga ketersedian likuiditas di pasar, baik dalam bentuk rupiah maupun valas.

Dengan begitu, tekanan terhadap rupiah yang mungkin timbul dari sisi likuiditas bisa diminimalisir oleh bank sentral nasional, selain tetap melancarkan intervensi untuk menstabilkan nilai tukar atau kurs rupiah. (agi)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER