BI Sebut Suku Bunga Tinggi Jadi Tren Masa Kini

Yuli Yanna Fauzie | CNN Indonesia
Kamis, 03 Mei 2018 18:19 WIB
Bank Indonesia (BI) menyebut kebijakan meningkatkan suku bunga acuan oleh sejumlah bank sentral di dunia memang menjadi tren masa kini.
Gubernur Bank Indonesia (BI) menyebut kebijakan meningkatkan suku bunga acuan oleh sejumlah bank sentral di dunia memang menjadi tren 'zaman now'. (ANTARA FOTO/Dhemas Reviyanto)
Jakarta, CNN Indonesia -- Bank Indonesia (BI) menyebut kebijakan meningkatkan suku bunga acuan oleh sejumlah bank sentral di dunia memang menjadi tren 'zaman now', khususnya di negara-negara maju.

Gubernur BI Agus D.W Martowardojo mengatakan hal ini merupakan bentuk normalisasi pada sistem moneter bank-bank sentral di dunia, lantaran mengimbangi kenaikan suku bunga acuan bank sentral Amerika Serikat (AS), The Federal Reserve. Pasalnya, The Fed akan menaikkan suku bunga acuannya sebanyak tiga kali, bahkan diperkirakan bisa mencapai empat kali sepanjang tahun ini.

"Jadi semua sudah memahami bahwa ke depannya era bunga murah sudah di belakang. Jadi yang ada era bunga (saat ini) akan meningkat," ujar Agus di Kompleks Gedung BI, Kamis (3/5).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


Kendati begitu, Agus belum bisa memberi kepastian terkait tren tingkat suku bunga acuan BI (7 Days Reverse Repo Rate/7DRRR), apakah akan selaras dengan The Fed dan bank sentral di negara lain atau tidak.

Hanya saja, sejauh ini, Agus menyatakan bank sentral nasional membuka ruang bagi kenaikan 7DRRR, bila memang diperlukan. Hal ini dilakukan dengan mempertimbangkan pengaruh suku bunga acuan terhadap rupiah.

Pasalnya, penyesuaian suku bunga acuan dapat merangsang penguatan rupiah, yang saat ini tengah terpuruk di kisaran Rp13.900 per dolar AS sejak akhir April lalu.

Kepastian penyesuaian suku bunga acuan BI baru bisa didapat setelah bank sentral nasional menggelar Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada 16-17 Mei mendatang.


Di sisi lain, penyesuaian 7DRRR juga turut mempertimbangkan faktor fundamental ekonomi Indonesia. BI mengklaim kondisi ekonomi domestik sebenarnya masih cukup baik. Hal ini terlihat dari inflasi yang masih berada di kisaran 3,5 persen secara tahunan.

"Jadi mohon semuanya tetap positif dan kami akan hadapi dengan baik. Ini masih bisa kami lewati dengan baik," pungkasnya.

Pada penutupan perdagangan hari ini, rupiah kembali melemah ke kisaran Rp13.975 per dolar AS, setelah dibuka pada angka Rp13.955 pada pagi tadi. (lav)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER