BI Taksir Bunga AS Bakal Naik Hingga Tiga Persen

Safyra Primadhyta | CNN Indonesia
Senin, 07 Mei 2018 11:03 WIB
BI memperkirakan bunga AS akan meningkat hingga tiga persen secara bertahap, dengan asumsi Bank Sentral AS ingin mempertahankan bunga riil di level satu persen.
BI memperkirakan bunga AS akan meningkat hingga tiga persen secara bertahap, dengan asumsi Bank Sentral AS ingin mempertahankan bunga riil di level satu persen. (CNN Indonesia/Safir Makki)
Yogyakarta, CNN Indonesia -- Bank Indonesia (BI) memperkirakan bank sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve Bank (The Fed) bakal menaikkan suku bunga acuannya hingga tiga persen secara bertahap. Dengan asumsi, The Fed ingin mempertahankan tingkat suku bunga riil di level satu persen dan mengarah ke level normal.

"Suku bunga Amaerika sudah mengarah ke normal. Suku bunga normal itu berapa? Rumus paling mudah, suku bunga yang sedikit di atas inflasi," ujar Deputi Gubernur BI Mirza Adityaswara membuka Seminar Nasional BI dan ISEI di Yogyakarta, Senin (7/5).

Saat ini, tingkat inflasi normal Negeri Paman Sam ada di kisaran dua persen. Sementara, suku bunga acuan nominal The Fed masih berada di level 1,75 persen. Dengan demikian, The Fed masih berpotensi menaikkan suku bunganya sebesar 1,25 persen hingga tahun depan.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


Tahun ini, The Fed sudah mengerek suku bunganya sebanyak satu kali pada Maret lalu sebesar 25 basis poin (bsp). Diperkirakan, suku bunga AS masih akan naik dua kali lagi hingga akhir tahun.

Kenaikan suku bunga AS perlu menjadi perhatian. Pasalnya, kenaikan suku bunga acuan bakal memicu aliran modal bergerak menuju ke AS. Selain itu, AS juga merupakan penyedia likuiditas dolar terbesar yang merupakan alat pembayaran dominan perdagangan internasional. Jika investasi dalam bentuk dolar AS meningkat, kurs mata uang lain terhadap dolar AS berpotensi melemah.

Kenaikan suku bunga acuan juga telah dilakukan oleh negara-negara lain. Tahun lalu, Inggris menaikkan suku bunganya satu kali. Kemudian, Kanada dua kali.

Tahun ini, BI memperkirakan Inggris akan kembali mengerek suku bunganya satu kali, Kanada dua kali, Australia dua kali, Korea dua kali, Filipina satu kali, dan Malaysia satu kali. 


Kenaikan suku bunga acuan negara-negara di dunia sebenarnya merupakan konsekuensi dari pemulihan ekonomi dunia yang mendorong peningkatan permintaan dan memberikan tekanan kepada inflasi. Kenaikan inflasi tersebut perlu diimbangi oleh kenaikan suku bunga acuan.

"Pertumbuhan ekonomi AS membaik, bahkan direvisi ke atas. Pertumbuhan ekonomi Eropa juga seperti itu. Pertumbuhan ekonomi Jepang, China, India juga cukup baik sehingga pertumbuhan ekonomi dunia ini pada posisi yang baik, bukan resesi, dan bisa dibilang menuju ke arah booming," ujarnya.

Mirza mengingatkan Indonesia tahun lalu mampu menahan suku bunga acuannya karena ditopang oleh fundamental perekonomian yang kuat, terutama dari sisi inflasi yang berhasil dijaga di level target empat plus minus satu persen tahun lalu.

Dalam pemberitaan terpisah, BI menyatakan membuka peluang untuk menaikkan suku bunga acuan tahun ini sebagai salah satu alternatif instrumen untuk menahan pelemahan nilai tukar rupiah yang hampir menyentuh level Rp14 ribu. (agi)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER