Jakarta, CNN Indonesia -- Menteri Keuangan (Menkeu)
Sri Mulyani berharap konsumsi rumah tangga pada kuartal II dan III tahun ini lebih melaju dibandingkan dengan kuartal I 2018 yang tumbuh sebesar 4,95 persen.
Menurut Sri Mulyani, tingkat pertumbuhan konsumsi rumah tangga berpeluang lebih kencang ditopang oleh pembagian tunjangan hari raya (THR), gaji pegawai negeri sipil (PNS) ke 13, dan momen Lebaran.
"Itu biasanya bisa memunculkan konsumsi rumah tangga, pertumbuhan konsumsi akan lebih positif," tutur Sri Mulyani, Senin (7/5).
Sementara itu, pertumbuhan konsumsi rumah tangga pada kuartal III akan didorong oleh gelaran Asian Games 2018. Seperti diketahui, acara itu akan berlangsung di dua wilayah, yakni Jakarta dan Palembang pada Agustus mendatang.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namun begitu, ia belum dapat menggambarkan rinci pertumbuhan konsumsi rumah tangga secara angka. Namun, ia menilai pertumbuhan konsumsi pada kuartal I 2018 masih terbilang stabil meski angkanya stagnan dibandingkan dengan kuartal I 2017 lalu sebesar 4,94 persen.
Dalam hal ini, konsumsi rumah tangga menyumbang 56,8 persen terhadap pertumbuhan ekonomi kuartal I 2018 sebesar 5,06 persen. Sementara, indikator investasi menyumbang 2,54 persen terhadap pertumbuhan ekonomi.
Secara persentase, sumbangan investasi kepada pertumbuhan ekonomi naik dibandingkan dengan kuartal I 2017 yang hanya 1,53 persen. Hal ini disebabkan tingkat investasi tumbuh mencapai 7,95 persen pada tiga bulan pertama tahun ini.
"Pertumbuhan ekonomi ini cukup positif, investasi naik 7,9 persen ini adalah sesuatu yang bagus. Artinya seluruh upaya pemerintah untuk meningkatkan investasi tampaknya sudah mulai terjadi," sambung Sri Mulyani.
Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal I 2018 lebih tinggi dari periode yang sama pada 2017 yang hanya 5,01 persen. Namun, lebih rendah dari kuartal IV 2017 yang mencapai 5,19 persen.
Prediksi Ekonom
Ekonom memprediksi
pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal II dapat mencapai 5,2 persen. Pencapaian tersebut diperoleh dari kegiatan
konsumsi yang meningkat seiring hadirnya momentum hari raya Idul Fitri.
"Pada kuartal I faktor pendukung baik dari politik maupun nonpolitik lemah, kalau kuartal II dari kegiatan nonpolitik ada lebaran," kata Ekonom Bank BCA David Sumual.
David memprediksi pada kuartal II pertumbuhan ekonomi dapat mencapai 5,2 persen. Hal itu dipicu pengaruh aktivitas politik yang mendorong konsumsi masyarakat dari kegiatan kampanye. Selain itu, aktivitas nonpolitik yang mendorong tingkat konsumsi yakni persiapan Asean Games, puasa dan Lebaran 2018.
Sepanjang 2018, David mengatakan pertumbuhan ekonomi dapat mencapai 5,4 persen. Dimulai dari kuartal II akan mengalami peningkatan sebesar 5,2 persen karena lebaran, lalu di Kuartal III dan Kuartal IV bahkan bisa meningkat sampai 5,4 persen karena adanya pengaruh dari Asean Games, Forum IMF-WorldBank sampai agenda politik seperti pemilihan kepala daerah (Pilkada) dan pemilihan presiden (Pilpres).
Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira Adhinegara mengatakan hal serupa terkait prediksi pertumbuhan ekonomi pada kuartal II dapat mencapai 5,2 persen.
"Di kuartal II ada lebaran sehingga ada kenaikan secara maksimal dari permintaan dan konsumsi Rumah Tangga," kata Bhima.
Selain itu, peningkatan pada kuartal III nanti akan lebih dipengaruhi oleh Asean Games karena terjadi peningkatan di sektor makanan minuman, pakaian jadi, aksesoris, souvenir dan jasa-jasa rekreasi, transportasi, akomodasi dan restoran.
Namun Bhima mengatakan pertumbuhan ekonomi sepanjang tahun ini akan sulit mencapai 5,4 persen.
"Agak terlalu berat karena pertama harus dilihat
event-event besar punya keterbatasan wilayah, misalnya Asean Games terasa di Jakarta Palembang," kata Bhima
Alasan lain yaitu harga minyak mentah dunia masih tinggi sehingga dapat menekan biaya logistik. Kalau harga naik bisa berimplikasi ke harga barang-barang yang meningkat kemudian konsumsi rumah tangga menjadi tidak optimal.
Ia menyarankan pemerintah harus menjaga tingkat inflasi tetap rendah, sehingga daya beli masyarakat tumbuh untuk meningkatkan komponen konsumsi saat Lebaran. Pemerintah harus mewaspadai hambatan konsumsi dari harga komoditas yang naik menjelang bulan Ramadan.
"Pemerintah harus ekstra hati-hati," ucapnya.
(lav)