Jakarta, CNN Indonesia -- Direktur Utama
Bursa Efek Indonesia (BEI) Tito Sulistio mengakui pergerakan
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) memang tak lepas dari pelemahan nilai tukar rupiah yang terjadi dalam beberapa waktu terakhir.
Pelemahan rupiah disebut Tito menjadi salah satu ketidakpastian bagi pelaku pasar yang ingin menanamkan dananya di pasar modal. Pada awal pekan ini, rupiah terpantau tembus ke level Rp14 ribu per dolar Amerika Serikat (AS) dan masih betah di area tersebut hingga saat ini.
"Pertanyaan yang terbesar adalah bagaimana menaikkan kembali permintaan akan rupiah," ungkap Tito, Rabu (9/5).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut Tito, permintaan rupiah bisa meningkat bila Bank Indonesia (BI) menaikkan suku bunga acuan. Pasalnya, saat ini The Fed dipandang akan lebih agresif untuk menaikkan suku bunga acuan.
Namun begitu, kenaikan suku bunga acuan oleh BI sebenarnya tidak langsung memberikan sentimen positif bagi IHSG. Dengan kata lain, pelaku pasar modal tetap akan menunggu pergerakan nilai tukar rupiah.
"Menurut saya kenaikan suku bunga oleh BI tidak akan lagi mempengaruhi pandangan orang mengenai saham," jelas Tito.
Kendati indeks terus melemah, Tito mengklaim beberapa saham emiten masih tumbuh, ditopang kinerja perusahaan yang masih terbilang prospektif sehingga tercermin dalam harga sahamnya.
"Jadi pasar modal Indonesia masih didukung oleh perusahaan yang hasilnya bagus, portofolio bagus dan likuiditas yang menguat," papar Tito.
Sebagai informasi, IHSG pada perdagangan sesi I hari ini ditutup menguat 0,78 persen ke level 5.820. Sementara, rupiah masih tertekan 0,23 persen ke level Rp14.085 per dolar AS.
(lav)