Jakarta, CNN Indonesia -- Mantan Menteri Keuangan
Rizal Ramli berpendapat pelemahan nilai tukar rupiah dan kenaikan harga minyak mentah dunia berpotensi meningkatkan beban pengeluaran pemerintah mencapai Rp8 triliun.
Dia mengungkapkan kurs rupiah yang sempat melemah hingga menyentuk Rp14.000 per dolar Amerika Serikat (AS) bisa menambah cicilan utang dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2018 sebesar Rp5 triliun.
"Rupiah Rp14.000 dolar AS saja utang APBN cicilannya sudah bertambah Rp5 triliun lebih," ucap Rizal, Jumat (11/5).
Angka itu belum termasuk beban subsidi energi, khususnya bahan bakar minyak (BBM) yang berpeluang membengkak karena harga minyak mentah dunia terus menguat. Dalam hitungan APBN, pemerintah hanya mengasumsikan harga minyak mentah dunia sebesar US$48 dolar per barel.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ini belum memperhitungkan harga minyak mentah dunia yang naik dari US$75-US$100 per barel, kalau termasuk minyak mentah bisa Rp8 triliun (beban APBN)," papar Rizal.
Sementara itu, harga minyak mentah berjangka Brent pada perdagangan Kamis (10/5) naik 0,3 persen menjadi US$77,47 per barel. Kemudian, harga minyak mentah berjangka AS West Texas Intermediate (WTI) naik menjadi US$71,36 per barel.
Adapun, APBN 2018 mencatat cicilan utang pokok tahun ini sebesar Rp69,8 triliun dengan asumsi rupiah di level Rp13.400 per dolar AS. Padahal, pada penutupan Jumat (11/5), rupiah ditutup di level Rp13.960 per dolar AS. Angka itu sebenarnya menguat dari sebelumnya yang sempat berada di area Rp14 ribu per dolar AS selama tiga hari sebelumnya.
Pada akhir April lalu, Direktur Strategi dan Portfolio Utang Kementerian Keuangan Schneider Siahaan mengungkapan pemerintah memang sedang menghitung dampak pelemahan rupiah terhadap pembayaran bunga utang.
Sejak Januari hingga Maret 2018, pemerintah sendiri telah membayar bunga utang sebesar Rp68,46 triliun atau 28,69 persen dari anggaran sebesar Rp238,61 triliun di tahun ini.
"Saat ini kami masing mengkalkulasi efek kurs. Pembayaran kewajiban (bunga utang) sendiri tersebar dari awal tahun hingga akhir tahun. Nanti setelah realisasi semester satu baru akan lebih mudah menghitungnya," ujar Schneider.
Adapun, total utang pemerintah sampai Maret 2018 sebesar Rp4.136,39 triliun, atau naik 13,4 persen dibanding periode yang sama tahun lalu. Dari jumlah tersebut, sekitar Rp940,68 triliun berdenominasi valuta asing (valas).
(lav)