Jakarta, CNN Indonesia --
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) memprediksi tingkat
literasi keuangan pada awal tahun ini mencapai 31 persen total penduduk Indonesia. Angka ini meningkat dibanding 2016 sebesar 29,7 persen.
Anggota Dewan Komisioner Bidang Edukasi dan Perlindungan Konsumen OJK Tirta Segara mengatakan angka ini masih perlu diuji dalam survei tiga tahunan yang biasa dilakukan OJK atau pada 2019 mendatang.
"Untuk tahun depan atau pada pertengahan akan kami mulai surveinya dan hasilnya pada 2019," ujar Tirta di Jakarta, Senin (21/5).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia menyebut kenaikan literasi keuangan ini tak lepas dari beberapa upaya yang dilakukan OJK. Salah satunya, fokus pada target audiens dan pengajaran sektor keuangan. Tirta mencontohkan, materi bagi pelajar sekolah dasar (SD) dan sekolah menengah pertama (SMP) tentu berbeda dengan mahasiswa.
"Lalu kelompok usaha juga beda lagi, misalnya pelaku usaha lebih butuh asuransi, tapi yang pelajar beda lagi," terang dia.
Kemudian, pemberian materi di pesantren juga berbeda karena kemungkinan besar pelajar di pesantren kurang tertarik dengan keuangan secara umum, tetapi ingin tahu tentang keuangan syariah.
"Kami lihat juga mana kawasan yang rendah, kami dorong melalui OJK daerah untuk peningkatan literasi keuangan," jelas Tirta.
OJK juga telah menerbitkan beberapa modul bagi pelajar yang dikirim ke berbagai daerah sebagai bahan pembelajaran terkait keuangan.
Sementara pada 2019 mendatang, OJK menargetkan literasi keuangan bisa mencapai angka 35 persen dengan target inklusi keuangan sebesar 75 persen. Pada 2016, tingkat inklusi keuangan baru 67,8 persen.
Peluncuran Modul e-LearningGuna meningkat literasi keuangan, OJK kembali merilis modul buku keuangan bagi siswa SD dan SMP yang bisa diakses secara daring
(online) atau versi
e-learning.Tirta mengatakan modul buku literasi keuangan sengaja dibuat dengan versi e-learning untuk menarik minat siswa SD dan SMP yang kini lebih banyak bersentuhan dengan teknologi.
"Sekarang ini banyak tawaran investasi juga menggunakan ponsel," imbuh Tirta.
Dalam modul ini, siswa SD dan SMP juga bisa belajar keuangan dengan cara bermain karena OJK memberikan fasilitas permainan dalam modul tersebut. Tirta merangkan siapapun bisa mengakses modul ini melalui komputer, notebook, tablet, ponsel, dan perangkat lainnya.
"Ini untuk menarik minat pelajar dan pengguna
e-learning secara umum dalam mempelajari bidang keuangan melalui pembelajaran yang interaktif," papar Tirta.
Sementara, bagi wilayah yang masih sulit mendapatkan sinyal internet, maka Tirta menyarankan agar siswa SD dan SMP bisa lebih dulu mengunduh seluruh modul di tempat yang tersedia internet dan mempelajari modul tersebut secara
offline.
"Tapi mungkin ruginya kurang bisa interaktif karena
offline, tapi kan 2019 nanti seluruh wilayah dipastikan pemerintah sudah mudah mendapatkan layanan internet," pungkas Tirta.
(agi/bir)