Jakarta, CNN Indonesia -- Perusahaan berbasis impor mengaku akan mengurangi aktivitas impor jika pergerakan
nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) semakin terpuruk. Pasalnya, pelemahan rupiah tentu akan berdampak negatif bagi importir.
Ketua Asosiasi Pengusaha Importir dan Distributor Minuman Impor (APIDIM) Agoes Silaban mengungkapkan pelaku usaha berbasis impor masih terus memantau kondisi pasar untuk menentukan langkah selanjutnya.
"Kebetulan dalam bulan puasa dan menjelang Lebaran importir mengurangi impornya. Kalau memang rupiah semakin melemah akan dikurangi sambil melihat kondisi pasar," tutur Agoes kepada CNNIndonesia.com, Senin (21/5).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sejauh ini, Agoes belum bisa merinci berapa persen kemungkinan penurunan impor selama Ramadan dan jelang Lebaran tahun ini. Hal tersebut baru akan diketahui setelah Lebaran nanti.
Namun, ia menilai pergerakan rupiah yang menembus Rp14.200 per dolar AS masih bisa dikatakan sebagai hal yang wajar. Hanya saja, hal ini akan menjadi bahaya apabila rupiah terus melemah dan mengarah ke Rp15 ribu per dolar AS.
Pada pukul 15.40 WIB, nilai tukar rupiah berada di level Rp14.202 per dolar AS atau terkoreksi 46 poin (0,33 persen).
Sementara, ia juga menyebut belum semua importir melakukan hedging, khususnya impor produk minuman karena tidak masuk dalam bisnis skala besar.
"Hedging dilakukan importir besar dan besar sekali. Itu perlu ada perlindungan nilai tukar untuk kelancaran bisnisnya," kata Agoes.
Di sisi lain, perusahaan berbasis impor yang memiliki utang berbentuk valuta asing (valas) juga bisa melakukan antisipasi pelemahan rupiah dengan mengurangi jumlah utang valasnya.
"Tapi soal lebih suka atau tidak, utang valas itu bergantung kepentingan masing-masing perusahaan," jelas Agoes.
(bir)