Jakarta, CNN Indonesia -- Menteri Koordinator Bidang Perekonomian
Darmin Nasution menegaskan ekonomi Indonesia saat ini tidak menghadapi krisis. Karenanya, masyarakat diimbau tak perlu merasa takut berlebihan.
"Saya tidak pernah mengatakan bahwa kita (Indonesia) sedang krisis," ujar Darmin saat menghadiri konferensi pers di Gedung Djuanda I
Kementerian Keuangan, Senin (28/5).
Kendati demikian, Darmin menekankan pemerintah bersama Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) terus meningkatkan kewaspadaan dan memperkuat koordinasi untuk menjaga stabilitas perekonomian nasional di tengah
gejolak pasar keuangan global.
Dalam hal ini, anggota KSSK terdiri dari pemerintah yang diwakili oleh Kementerian Keuangan, Bank Indonesia (BI), Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sebagai catatan, tekanan eksternal telah membuat nilai tukar rupiah tertekan hingga menembus level psikologis Rp14 ribu pada beberapa waktu terakhir.
Dalam jangka pendek, kebijakan akan diprioritaskan untuk menjaga stabilitas ekonomi, termasuk nilai tukar rupiah terhadap dolar AS, inflasi, dan neraca perdagangan. Hal itu bisa dicapai dengan memperkuat bauran kebijakan moneter BI, kebijakan fiskal oleh Kemenkeu, ketersediaan bahan pokok strategis, serta penguatan pengawasan lembaga keuangan.
Tak kalah penting, pemerintah juga berupaya mempercepat implementasi reformasi struktural di sektor riil, berupa peningkatan daya saing, perbaikan iklim investasi, dan pembangunan infrastruktur strategis demi menjaga keberlanjutan pertumbuhan ekonomi dalam jangka menengah.
Penting Komunikasi dengan Pelaku PasarDi tempat yang sama, Gubernur BI Perry Warjiyo menyatakan bakal memastikan untuk melakukan komunikasi yang intensif kepada pelaku pasar, industri perbankan, pelaku usaha, dan ekonom. Hal itu dilakukan untuk membentuk ekspektasi pasar yang rasional.
"Mengapa (komunikasi) ini penting? Hal ini agar menghindari perkiraaan-perkiraan nilai tukar yang cenderung terlalu melemah (overshooting) dari sisi fundamentalnya," ujarnya.
Perry mengingatkan bahwa ekspektasi dibentuk berdasarkan gabungan informasi yang diterima oleh masyarakat.
"Kalau kandungan informasinya terbatas, ekspektasinya bisa ke mana-mana, tetapi kalau informasinya terus diberikan maka ekspektasi bisa lebih mengerucut dan lebih normal sehingga gejala
overshooting yang selama ini terjadi bisa dimitigasi," tandasnya.
(lav/bir)