Jakarta, CNN Indonesia --
Bursa Efek Indonesia (BEI) menilai kenaikan
suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 4,75 persen akan menjadi daya tarik pelaku pasar asing untuk menempatkan dananya di pasar modal.
Direktur Utama BEI Tito Sulistio menganggap langkah BI menaikkan suku bunga acuan merupakan bentuk penyesuaian dengan kondisi global, di mana The Federal Reserve, bank sentral AS, disebut lebih agresif untuk menaikkan suku bunga acuan dan menyebabkan nilai tukar rupiah terus tertekan.
"Ini bentuk penyesuaian yang sudah diprediksi. Jadi, dana asing bukan berkurang tapi diharapkan masuk karena imbal hasil (yield) obligasi dalam negeri naik," ucap Tito, Kamis (31/5).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Apabila harapannya terealisasi, maka otomatis akan berpengaruh positif pada perdagangan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) hari ini.
Sayangnya, setelah BI mengumumkan kenaikan suku bunga acuan sore kemarin, Kamis (31/5), pelaku pasar asing malah melakukan aksi jual di pasar reguler sebesar Rp252,97 miliar.
"Sebenarnya suku bunga itu musuh untuk pasar modal, tapi kalau melihat kondisi dunia maka ini sangat wajar menaikkan suku bunga kemarin. Tapi semoga setop dulu," papar Tito.
Yang penting, Tito berharap suku bunga bisa bertahan terlebih dahulu di level 4,75 persen untuk sementara waktu.
Pergerakan IHSG tak hanya akan dipengaruhi oleh suku bunga acuan tetapi juga perombakan akhir saham yang terdaftar di Morgan Stanley Capital International (MSCI). Umumnya, MSCI memang melakukan perombakan dua kali dalam satu tahun.
Beberapa saham yang tercatat di BEI ada yang dikeluarkan dan beberapa saham dikeluarkan dari MSCI. Makanya, hal itu akan mempengaruhi pelaku pasar dalam melakukan transaksi.
"Tapi kalau dilihat secara historis setiap 31 Mei itu ditutup positif," tandas Tito.
(bir)