Kadin Inggris Pangkas Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi jadi 1,3%

Christine Novita Nababan | CNN Indonesia
Selasa, 19 Jun 2018 14:10 WIB
Kadin Inggris memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi jadi 1,3 persen. Salah satu faktor penyebab perlambatan, yaitu keluarnya Inggris dari Uni Eropa (brexit).
Kadin Inggris memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi jadi 1,3 persen. Salah satu faktor penyebab perlambatan, yaitu keluarnya Inggris dari Uni Eropa (brexit). (REUTERS/Paul Hackett).
Jakarta, CNN Indonesia -- The British Chambers of Commerce (BCC) atau Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Inggris memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi negaranya menjadi hanya 1,3 persen pada akhir tahun ini. Proyeksi tersebut merupakan pertumbuhan ekonomi terendah sejak krisis keuangan 2008 silam.

Laporan terbaru Kadin Inggris menyebut penyebab perlambatan pertumbuhan ekonomi dikarenakan keinginan Inggris untuk keluar dari persekutuan negara-negara Uni Eropa (Britain Exit/Brexit).

Mengutip CNN.com, Selasa (19/6), konsultan Oliver Wyman melaporkan bahwa kondisi keuangan rumah tangga Inggris memburuk dan bisnis tak lagi menguntungkan setelah referendum Brexit.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


Kondisi itu diperparah dengan perdebatan politikus Inggris terkait dividen (distribusi laba) dari Brexit, dimana dana itu rencananya digunakan untuk membiayai layanan publik.

Sebelumnya, Perdana Menteri Theresa May mengusulkan miliaran poundsterling dana segar yang mengendap saat Inggris bersekutu dengan Uni Eropa akan dialirkan untuk layanan kesehatan publik.

Namun, banyak pihak meragukan bagaimana dana segar tersebut bisa dikeluarkan. Tak cuma itu, laporan Kadin Inggris menunjukkan Brexit hampir tidak akan menghasilkan keuntungan apapun bagi Inggris.


Justru, Kadin Inggris mengatakan investasi di negaranya akan melambat dan keuangan rumah tangga akan semakin buruk.

"Keputusan untuk meninggalkan Uni Eropa adalah salah satu alasan utama untuk downgrade. Satu dekade sejak awal krisis keuangan, kini Inggris menghadapi periode pertumbuhan lemah terpanjang, di tengah-tengah ketidakpastian domestik dan global," imbuh Direktur Jenderal Kadin Inggris Adam Marshall.

Lebih lanjut ia merinci, Brexit akan membebani setiap rumah tangga Inggris sebesar 961 poundsterling atau setara US$1.273 per tahun. Keluarga termiskin akan merasakan pukulan paling keras.


Lambatnya proses Brexit setelah referendum diteken tahun lalu, dan tenggat waktu yang semakin ketat menimbulkan kekhawatiran besar bagi investor dan pelaku bisnis terhadap kestabilan Inggris.

Tak heran, pertumbuhan ekonomi Inggris kian tertekan. Per kuartal I saja, ekonomi Inggris cuma tumbuh 0,1 persen. Tak cuma itu, nilai mata uang poundsterling pun terus turun 14 persen sejak referendum Brexit, inflasi melonjak mengakibatkan harga-harga melambung naik. Di sisi lain, upah pekerja tak meningkat. (bir)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER