Usai Libur Lebaran, IHSG Anjlok Hampir 3 Persen pada Sesi I

Yuli Yanna Fauzie | CNN Indonesia
Rabu, 20 Jun 2018 13:16 WIB
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) anjlok hingga 151 poin atau 2,52 persen ke level 5.842,15 pada akhir sesi I perdagangan hari ini, Rabu (20/6).
Dibuka di level 5.869, IHSG sempat diperdagangkan pada rentang 5.834 hingga 5.974. (CNN Indonesia/Hesti Rika)
Jakarta, CNN Indonesia -- Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) anjlok hingga 151 poin atau 2,52 persen ke level 5.842,15 pada akhir sesi I perdagangan hari ini, Rabu (20/6).

Dibuka di level 5.869,98, IHSG sempat diperdagangkan pada rentang 5.834 hingga 5.974. Sedangkan rupiah pada perdagangan siang ini bertengger di kisaran Rp13.932 per dolar AS.

Muhammad Hafan Aji, Analis Binaartha Sekuritas mengatakan pergerakan IHSG yang terus melorot menjadi bukti bahwa tekanan perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China kian besar.
Hal ini lantaran perang dagang tak hanya membuat kedua negara saling berbalas tarif impor bea masuk, namun juga turut menekan harga komoditas dunia.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Faktor terkoreksinya harga komoditas kemudian turut menyebabkan posisi IHSG tertekan," ucapnya kepada CNNIndonesia.com, Rabu (20/6).

Selain efek perang dagang yang terjadi belakangan ini, dampak dari kenaikan bunga acuan bank sentral AS, The Federal Reserve pada pekan lalu, juga masih mempengaruhi laju bursa saham nasional. Hal ini karena belum ada pula respons dari Bank Indonesia (BI) terhadap langkah The Fed tersebut.

"Apalagi The Fed akan melanjutkan penerapan keniakan suku bunga ke depannya sebanyak dua kali pada tahun ini. Hal ini menyebabkan rupiah terdepresiasi terhadap dolar AS," terangnya.

Di sisi lain, keputusan bank sentral Eropa (The European Central Bank/ECB) yang akan mengurangi pembelian obligasi pada akhir tahun ini, atau dikenal dengan pelonggaran kualitatif (quantitative easing) rupanya tak berhasil menekan dolar AS.

"Kebijakan ECB hanya memberikan efek positif yang sementara bagi euro. Sayangnya untuk saat ini apresiasi dolar AS masih kuat dibandingkan dengan instrumen-instrumen mata uang lainnya termasuk rupiah," katanya.

Selain itu, dari internal, belum ada sentimen positif yang dapat memberi stimulus ke IHSG. Pasalnya, beberapa sentimen baru terjadi pada pekan depan mulai dari rilis neraca perdagangan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) pada 25 Juni hingga hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI pada 27-28 Juni. (agi/lav)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER