Salahkan Trump, Iran Ogah OPEC Kerek Produksi Minyak

Yuli Yanna Fauzie | CNN Indonesia
Rabu, 20 Jun 2018 16:14 WIB
Iran kekeh tak setuju jika negara-negara OPEC menaikkan produksi minyak mentah, meski Arab Saudi dan Rusia mendesak kenaikan produksi demi menahan harga minyak.
Ilustrasi produksi minyak. (REUTERS/Edgar Su).
Jakarta, CNN Indonesia -- Iran kekeh tak setuju jika Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) menaikkan produksi minyak mentah, meski Arab Saudi dan Rusia mendesak kenaikan produksi demi menjaga kebutuhan konsumen dan menahan harga minyak yang terlalu tinggi.

Bijan Namdar Zanganeh, Menteri Perminyakan Iran mengatakan negaranya tetap menolak usulan itu karena ingin konsisten dengan keputusan yang telah dibuat OPEC, yaitu membatasi produksi hingga akhir tahun ini.

Iran pun menuding kenaikan harga minyak belakangan ini merupakan kesalahan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump. Trump memberi sanksi kepada Iran dan Venezuela, yang selanjutnya mempengaruhi kondisi pasar.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Itu diciptakan oleh tindakannya sendiri (Trump). Itu adalah tanggung jawab Trump terhadap harga tinggi di pasar dan ketidakstabilan di pasar," ucapnya, dikutip dari AFP, Rabu (20/6).


Bersamaan dengan penolakannya, Iran melihat bahwa pertemuan OPEC di Wina, Austria pada 22 Juni mendatang tetap akan sulit menghasilkan suatu keputusan. Pasalnya, penolakan penambahan produksi minyak juga diungkap oleh negara anggota OPEC lainnya.

"Saya tidak percaya pada pertemuan ini, kami dapat mencapai kesepakatan," katanya.

Jabar Al-Luaibi, Menteri Perminyakan Irak sebelumnya menyatakan penolakan terhadap peningkatan produksi minyak OPEC karena kondisi pasar belum tepat untuk menerima perubahan kebijakan. "Pasar minyak belum mencapai tingkat stabilisasi," ucapnya dikutip dari Reuters.


Sedangkan, Emmanuel Ibe Kachikwu, Menteri Perminyakan Nigeria masih memberikan sikap netral terhadap desakan Arab Saudi-Rusia dan penolakan Iran-Irak. "Kami masih perlu berdiskusi dengan rekan-rekan kami terlebih dahulu, sebelum kami membuat keputusan itu. Semua opsi masih ada di atas meja," katanya.

Sebelumnya, Alexander Novak, Menteri Energi Rusia berpandangan OPEC perlu mengerek produksi sebesar 1,5 juta barel per hari (bph) dan meninggalkan kebijakan terdahulu memangkas 1,8 juta bph. Hal ini lantaran kenaikan harga minyak sudah terlalu tinggi dan menyentuh kisaran US$75 per barel pada pertengahan tahun ini dari sebelumnya US$27 per barel pada 2016. (agi/bir)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER