Jakarta, CNN Indonesia -- Mayoritas
Negara Pengekspor Minyak (OPEC) sampai saat ini masih enggan dan menolak untuk menaikkan
produksi minyak mereka. Walaupun Panel OPEC pekan ini mengeluarkan perkiraan bahwa permintaan minyak global masih akan kuat pada paruh kedua 2018 ini, kondisi tersebut tidak membuat mereka tergiur.
Sumber
Reuters dalam panel teknis tersebut menyatakan negara yang masih menolak rencana kenaikan produksi tersebut antara lain; Venezuela, Iran dan Alzazair. Penolakan juga disampaikan oleh produsen minyak terbesar kedua dan ketiga dunia; Iraq dan Iran.
Mereka menyatakan penolakan dilakukan karena sikap itu akan melanggar kesepakatan yang berlaku hingga akhir tahun ini. Sedangkan penolakan terakhir, datang dari sekutu Negara Teluk Arab Saudi; Kuwait dan Oman.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Mereka masih memutuskan untuk menolak kenaikan produksi dalam jumlah besar secara cepat. Sementara itu Menteri Perminyakan Ekuador Carlos Perez menyatakan bahwa meskipun menghadapi penolakan, pemimpin de facto OPEC, Arab Saudi dan negara non OPEC Rusia tetap ingin kebijakan pemangkasan produksi minyak direlaksasi walaupun secara bertahap.
"Itu untuk memperbaiki keseimbangan pasar," katanya seperti dikutip dari
Reuters, Selasa (19/6).
OPEC memutuskan untuk memangkasn produksi minyak sebesar 1,8 barel per hari sejak Januari 2017 lalu. Kebijakan tersebut telah membantu mengerek harga minyak dari US$ 27 per barel pada tahun 2016 kemarin menjadi US$80 per barel.
Perez memperkirakan sikap sebagian besar negara anggota tersebut kemungkinan besar akan membuat Panel OPEC berjalan alot. "Pertemuan kemungkinan akan sulit," katanya.
(agt)