Ambisi Rusia Tingkatkan Produksi Bikin Harga Minyak 'Amblas'

Lavinda | CNN Indonesia
Rabu, 20 Jun 2018 09:12 WIB
Usulan Rusia untuk meningkatkan produksi minyak melalui forum pertemuan OPEC+ diproyeksi akan memberikan tekanan secara signifikan terhadap harga minyak.
Ilustrasi. (REUTERS/Sergei Karpukhin)
Jakarta, CNN Indonesia -- Usulan Rusia untuk meningkatkan produksi minyak melalui forum pertemuan OPEC+ diproyeksi akan memberikan tekanan secara signifikan terhadap harga minyak.

Harga minyak merosot pada akhir perdagangan Selasa (19/6) waktu Amerika Serikat (AS), menjelang kemungkinan peningkatan pasokan minyak mentah Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC).

Mengutip Reuters, perselisihan perdagangan antara Amerika Serikat dan China yang meruncing juga dianggap memicu aksi jual yang deras di banyak pasar-pasar global.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Berdasarkan acuan international, minyak mentah Brent di pasar berjangka untuk pengiriman Agustus turun US$0,26 dan ditutup pada level US$75,08 per barel di London ICE Futures Exchange.

Sementara itu, patokan AS, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Juli turun US$0,78 menjadi menetap di US$65,07 per barel di New York Mercantile Exchange.


Rusia berencana mengusulkan peningkatan produksi minyak sebesar 1,5 juta barel per hari melalui kesepakatan anggota OPEC+. Pernyataan itu disampaikan Menteri Energi Alexander Novak beberapa hari sebelum kunjungannya ke Wina untuk forum pertemuan OPEC.

Keterangan Novak terkait peningkatan produksi dinilai memberikan tekanan secara signifikan terhadap harga minyak.

OPEC dan para anggotanya yang telah menahan pasokan minyak mentah sejak 2017 akan bertemu pada Jumat (22/6) di Wina. Pertemuan tersebut diharapkan membuahkan kesepakatan terkait upaya peningkatan produksi minyak global, beserta rincian volume tambahannya.

Kendati demikian, Iran yang tak mendukung rencana kebijakan tersebut memperkirakan OPEC tidak mungkin mencapai kesepakatan untuk menaikkan produksi minyak pekan ini. Hal itu menimbulkan bentrokan dengan Rusia dan Arab Saudi yang menginginkan adanya peningkatan produksi.


John Kilduff, Analis di hedge fund energi Again Capital LLC di New York menilai meningkatnya ketegangan perdagangan antara AS dan China juga membebani pasar global, termasuk pasar minyak.

Kedua negara mengancam penerapan sanksi berupa tarif ekspor mereka satu sama lain, berpotensi pula terhadap minyak. Impor minyak AS telah melonjak sejak 2017 dengan nilai hampir US$1 miliar per bulan.

Sementara itu, American Petroleum Institute (API)melaporkan cadangan minyak mentah AS turun lebih besar dari yang diperkirakan pada pekan lalu, sementara persediaan bensin meningkat.


Persediaan minyak mentah turun tiga juta barel dalam seminggu hingga 15 Juni menjadi 430,6 juta barel, dibandingkan dengan ekspektasi para analis untuk penurunan 1,9 juta barel. (reuters)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER