Jakarta, CNN Indonesia -- Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (
PUPR) menyebut hitung-hitungan
tarif integrasi tol Lingkar Luar Jakarta (Jakarta Outer Ring Road/JORR) diukur melalui rata-rata panjang perjalanan, panjang arus tol JORR, dan jumlah kendaraan yang lewat.
Kepala Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT) Herry Trisaputra Zuna mengungkapkan total panjang ruas tol JORR mencapai 76 kilometer (km). Sementara, rata-rata panjang perjalanan kendaraan 17 km.
"Jadi jumlah rata-rata kendaraan di JORR itu dikali panjang tol JORR lalu dibagi dengan jumlah kendaraan itu,
nah dapat rata-rata perjalanan itu 17,6 km," ungkap Herry, Kamis (21/6).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Setelah itu, rata-rata perjalanan kendaraan sebesar 17 km dikali tarif tol JORR per km yang sebesar Rp875. Maka, hasilnya sebesar Rp15.400.
"Itu kami bulatkan menjadi Rp15 ribu," imbuh Herry.
Dengan demikian, jika rata-rata panjang perjalanan hanya 17 km, kemudian ada pengendara yang melakukan perjalanan lebih dari itu atau mencapai 76 km maka jumlah tarifnya sama dengan yang hanya menempuh 17 km tersebut.
"Tentu dengan perhitungan ini ada pihak yang memberi subsidi dan menerima subsidi. Tapi sekali lagi yang menerima subsidi bukan Badan Usaha Jalan Tol (BUJT)," papar Herry.
Untuk itu, ia menegaskan kebijakan tersebut tak akan berdampak signfikan pada kenaikan pendapatan BUJT, seperti yang dituduhkan oleh beberapa pihak yang kontra dengan integrasi ruas tol JORR.
"Nanti pada waktunya kami bisa terbuka ke publik akibat kebijakan ini badan usaha tidak memperoleh pendapatan seperti yang dikatakan," tegas Herry.
Secara terpisah, Direktur Jenderal (Dirjen) Bina Marga Arie Setiadi Moerwanto menambahkan pendapatan tol JORR sepanjang 2017 sebesar Rp2,8 triliun. Kemungkinan besar angka pendapatan tak berubah setelah pemberlakukan integrasi tol JORR dilakukan.
Hal ini karena pihaknya menghitung 61 persen kendaraan yang sering lewat tol JORR setiap harinya akan membayar tarif tol lebih murah, sedangkan 38 persen akan membayar lebih mahal, dan satu persen membayar dengan tarif yang sama.
"Jadi kalau dihitung juga kebanyakan yang bayarnya justru turun," tegas Arie.
(agi/bir)