Rupiah Lesu ke Level Rp14.213 di tengah Pilkada Serentak 2018

Yuli Yanna Fauzie | CNN Indonesia
Rabu, 27 Jun 2018 11:50 WIB
Nilai tukar rupiah melemah ke level Rp14.213 per dolar AS pada pukul 11.20 perdagangan hari ini, Rabu (27/6), bertempatan dengan Pilkada Serentak 2018.
Petugas menghitung uang pecahan 100 Dollar di pusat penukaran uang, Jakarta. (ANTARA FOTO/M Agung Rajasa)
Jakarta, CNN Indonesia -- Nilai tukar rupiah berada di posisi Rp14.213 per dolar Amerika Serikat (AS) pada pukul 11.20 perdagangan hari ini, Rabu (27/6). Level ini tercatat melemah 0,23 persen dari penutupan perdagangan kemarin, bertempatan dengan penyelenggaraan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Serentak 2018.

Posisi rupiah melemah 34 poin atau 0,23 persen dari penutupan kemarin, Selasa (26/6) di Rp14.179 per dolar AS. Sedangkan kurs referensi Bank Indonesia (Jakarta Interbank Dollar Spot/Jisdor) tidak dibuka pada hari ini karena bank sentral nasional beroperasi terbatas.

Bersama rupiah, rupee India juga melemah 0,33 persen, won Korea Selatan minus 0,27 persen, renminbi China minus 0,27 persen, dan ringgit Malaysia minus 0,14 persen.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


Sedangkan dolar Singapura menguat 0,01 persen, dolar Hong Kong 0,02 persen, yen Jepang 0,1 persen, baht Thailand 0,1 persen, dan peso Filipina 0,24 persen.

Sementara itu, dolar Australia melemah 0,21 persen, rubel Rusia minus 0,08 persen, dan dolar Kanada minus 0,05 persen. Namun, poundsterling Inggris menguat 0,01 persen, franc Swiss 0,05 persen, dan euro Eropa 0,06 persen.

Ibrahim, Analis sekaligus Direktur Utama PT Garuda Berjangka mengatakan pergerakan rupiah hari ini memang sedikit banyak bisa terpengaruh dari jalannya Pilkada.


"Tapi seberapa besar dampaknya baru bisa dilihat pada akhir perdagangan," ujarnya kepada CNNIndonesia.com.

Reza Priyambada, Analis Binaartha Sekuritas memperkirakan rupiah masih melemah hari ini karena dolar AS menguat berkat kenaikan imbal hasil (yield) surat utang AS (US Treasury) sebesar 0,06 persen menjadi 2,87 persen.

"Hal ini karena pelaku pasar kembali melakukan aksi jual yang berimbas pada meningkatnya yield," ucapnya.

Selain itu, pasar juga masih khawatir dengan kisruh perang dagang AS dengan China. Ia bilang, besarnya sentimen global membuat sentimen positif dari dalam negeri tidak mampu mengangkat rupiah.


Dari dalam negeri, sentimen sempat datang dari pernyataan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati yang memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia bisa menyentuh 5,2 persen pada kuartal II 2018.

"Pelaksanaan APBN yang berjalan lebih baik juga belum mempengaruhi," pungkasnya. (lav)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER