Jakarta, CNN Indonesia --
Rupiah kembali terjungkal ke kisaran Rp14.233 per dolar AS pada pembukaan perdagangan pasar spot hari ini, Kamis (28/6). Kemarin, rupiah terperosok di kisaran Rp14.200 per dolar AS di tengah pelaksanaan Pemilihan Kepala Daerah (
Pilkada) Serentak 2018.
Reza Priyambada, Analis Binaartha Sekuritas menilai
pelemahan rupiah ini memang akan terus berlanjut karena sentimen dari tensi panas perang dagang antara AS dengan China. Walhasil, mata uang kedua negara berfluktuasi dengan kecenderungan dolar AS yang lebih kuat.
Hal ini kemudian memberi imbas kepada rupiah. Sebab, rupiah juga mendapat tekanan dari penguatan mata uang negara lain yang dianggap menjadi tempat pelarian dari dolar AS dan renminbi China.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Pelaku pasar beralih ke mata uang safe haven lainnya, terutama yen Jepang, seiring dengan kekhawatiran perang dagang AS-China yang akan mengganggu volatilitas kedua mata uang negara tersebut," katanya.
Sentimen positif lainnya justru berasal dari dalam negeri. Menurutnya, pasar justru tengah terkena dampak pesimisme pemerintah yang memperkirakan pertumbuhan ekonomi kuartal II 2018 tak setinggi yang diperkirakan sebelumnya.
"Padahal Sri Mulyani memproyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal II dapat mencapai 5,2 persen, lebih baik dari kuartal I sebesar 5,06 persen," terangnya.
Dengan begitu, pergerakan rupiah tinggal menunggu sentimen terakhir yang datang dari Bank Indonesia (BI). Bank sentral nasional akan mengumumkan kenaikan suku bunga acuan pada akhir pekan dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG).
Sementara di kawasan Asia, mayoritas mata uang menguat dari dolar AS. Mulai dari dolar Singapura 0,01 persen, baht Thailand 0,03 persen, dan yen Jepang 0,17 persen. Sedangkan won Korea Selatan melemah 0,37 persen dan ringgit Malaysia minus 0,19 persen.
Hal berbeda terjadi di negara maju, mayoritas justru menguat seperti rubel Rusia 0,4 persen, dolar Australia 0,08 persen, euro Eropa 0,09 persen, dan franc Swiss 0,09 persen.
(lav)