Jakarta, CNN Indonesia --
Menteri Perindustriaan Airlangga Hartarto menyatakan pemerintah tidak akan mengenakan tarif bea masuk pada produk laptop, termasuk notebook, meski impornya membanjiri pasar dalam negeri.
Berdasarkan data
Badan Pusat Statistik (BPS) per Mei 2018, impor laptop, termasuk notebook mencapai US$100,1 juta atau melesat 94,34 persen dibandingkan bulan sebelumnya, US$51,5 juta.
Secara kumulatif, impor laptop termasuk notebook pada lima bulan pertama 2018 mencapai US$425,9 juta atau meningkat 41,06 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu, US$301,9 juta.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut Airlangga, membanjirnya produk impor laptop tak lepas dari absennya bea masuk untuk produk teknologi informasi komunikasi (ICT). Di saat yang bersamaan, produksi dalam negeri juga belum memadai.
"Perlindungan tarif untuk barang impor (ICT) kan sudah tidak ada," ujar Airlangga di kantor Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman, Kamis (28/6).
Kendati demikian, lanjut Airlangga, pemerintah bisa mengenakan bea masuk imbalan (countervailing duties/CVD) apabila ada pihak di dalam negeri yang dirugikan.
"Sejauh ini belum ada laporan (dari pihak yang dirugikan)," ujarnya.
Untuk produk telepon seluler, lanjut Airlangga, sesuai Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 65 Tahun 2016, produsen harus memenuhi ketentuan Tingkat Kandungan Dalam Negeri (TKDN) sebesar 30 persen, salah satunya dengan cara membangun pusat inovasi.
Pembangunan pusat inovasi akan dilakukan oleh perusahaan asal Amerika Serikat, Apple Inc di Indonesia pada Agustus 2018 mendatang.
Menurut pasal 26 Permen Perindustrian 65/2016, perusahaan setidaknya harus menggelontorkan investasi sebesar Rp550 juta hingga Rp700 miliar demi memenuhi TKDN 30 persen.
Ke depan, menurut Airlangga, pembangunan pusat inovasi juga akan didorong pemerintah untuk produk impor laptop. Namun, belum ada pembicaraan lebih lanjut mengenai rencana tersebut.
Sebelumnya, BPS mencatat neraca perdagangan Indonesia defisit US$1,52 miliar secara bulanan pada Mei 2018 akibat tingginya impor. Nilai impor tertinggi datang dari China yang mencapai US$18,36 miliar atau sekitar 27,97 persen dari total impor.
"Dari China, Indonesia banyak mengimpor laptop," ujar Kepala BPS Suhariyanto.
(lav)