Jakarta, CNN Indonesia --
Bank Indonesia (BI) memastikan akan terus melakukan intervensi guna menstabilkan pergerakan nilai tukar
rupiah yang hampir menyentuh Rp14.500 per dolar Amerika Serikat (AS).
Gubernur BI Perry Warjiyo mengungkapkan salah satu bentuk intervensi yang akan dilakukan BI dengan pembelian surat berharga negara (SBN) di pasar sekunder yang dilepas oleh investor asing.
"BI terus ada di pasar melakukan langkah-langkah stabilitas di pasar valuta asing (valas) untuk melakukan stabilisasi nilai tukar rupiah, baik melalui intervensi di pasar valas maupun pembelian SBN di pasar sekunder," kata Perry, Selasa (3/7).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selain membeli SBN yang dijual oleh investor asing, Perry mengklaim BI juga intervensi dalam proses lelang SBN di pasar sekunder. Hal itu dilakukan agar imbal hasil (yield) SBN tetap menarik bagi investor, khususnya investor asing.
"Oleh karena itu dengan lelang, investor asing kemudian juga mulai masuk. Sementara asing belum masuk cukup besar maka perlu intervensi valas oleh BI," terang Perry.
Dalam hal ini, Perry mengaku terus melakukan koordinasi dengan Kementerian Keuangan (Kemenkeu) dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Koordinasi antar lembaga ini juga dilakukan demi menjaga stabilitas keuangan dalam jangka pendek dan tetap mendorong pertumbuhan.
"Bagaimana perlunya terus memperkuat koordinasi antara pemerintah dengan BI, lalu OJK, ini berbagai koordinasi yang terus kami lakukan," ujar Perry.
Mengutip
investing.com, nilai tukar rupiah hari ini sempat menyentuh angka Rp14.474 per dolar AS dan posisi terkuat berada di level Rp14.346 per dolar AS. Sementara itu, pada pukul 14.15 WIB, rupiah bertengger di level Rp14.425 per dolar AS atau turun 0,49 persen.
Sebelumnya, BI memutuskan untuk menaikkan suku bunga acuan sebesar 50 basis poin menjadi 5,25 persen pada akhir Juni 2018 untuk menstabilkan rupiah yang terus berada di area Rp14 ribu per dolar AS.
Sayangnya, rupiah kini belum juga menguat dan kembali ke level sekitar Rp13.900 per dolar AS, tetapi justru semakin terpuruk.
(lav/bir)