Diramal Surplus di Juni, Defisit Neraca Dagang Sulit Pulih

Yuli Yanna Fauzie | CNN Indonesia
Senin, 16 Jul 2018 10:52 WIB
Kendati diperkirakan mencatatkan surplus sebesar US$ 1 miliar pada Juni, neraca perdagangan sepanjang semester pertama 2018 diperkirakan tetap akan defisit.
Kendati diperkirakan mencatatkan surplus sebesar US$ 1 miliar pada Juni, neraca perdaganga sepanjang semester pertama 2018 diperkirakan tetap akan defisit. (CNN Indonesia/ Hesti Rika)
Jakarta, CNN Indonesia -- Sejumlah ekonom memperkirakan neraca perdagangan Indonesia pada Juni 2018 akan mencatatkan surplus. Meski begitu, surplus sebulan terakhir dipastikan tak bisa memulihkan neraca perdagangan paruh pertama yang sudah terlanjur defisit sekitar US$2,83 miliar pada Januari-Mei 2018.

Ekonom Bank Permata Josua Pardede memperkirakan neraca perdagangan Juni akan surplus sekitar US$1 miliar, tak jauh berbeda dengan proyeksi Bank Indonesia (BI) beberapa waktu lalu. Proyeksi itu muncul dari perkiraan nilai ekspor yang mampu meningkat karena terbantu pergerakan harga komoditas di pasar global.

"Harga batu bara naik 10,2 persen secara bulanan dan didorong oleh peningkatan volume permintaan ekspor dari mitra dagang utama, seperti Jepang dan ASEAN," ujar Josua kepada CNNIndonesia.com, Senin (16/7).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sementara di saat ekspor sedikit meningkat, pertumbuhan impor justru diperkirakan sedikit menurun dibandingkan dua bulan sebelumnya yang meningkat drastis untuk menutup kebutuhan Ramadan dan Lebaran. Hal ini justru tercermin dari menurunnya aktivitas manufaktur domestik.

Walhasil, ekspor yang lebih tinggi dibanding impor bisa membuat neraca perdagangan Juni surplus. Meski begitu, secara kumulatif tahun berjalan dari Januari-Juni 2018 diperkirakan tetap mencatatkan defisit.

"Defisit neraca perdagangan pada kuartal II 2018 diperkirakan mencapai defisit U$2,1 miliar dibandingkan kuartal I 2018 yang mencapai surplus $314 juta," katanya.


Bersamaan dengan neraca perdagangan yang defisit, neraca transaksi berjalan pada paruh pertama dipastikan akan defisit sekitar 2,6-2,8 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB). Proyeksi ini melebar dari realisasi kuartal I 2018 yang masih sekitar 2,1 persen dari PDB.

Senada, Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira Adhinegara memperkirakan neraca perdagangan Juni 2018 akan surplus, meski hanya sekitar US$400 juta.

Hal ini karena kenaikan ekspor non migas yang sedikit meningkat dibandingkan bulan-bulan sebelumnya. Sedangkan impor diperkirakan sedikit menurun karena volume permintaan berkurang, meski dari sisi nilai masih cukup besar lantaran harga minyak mentah dunia masih tinggi dan nilai tukar rupiah masih melemah.

"Tapi surplus Juni tetap tidak bisa mengimbangi besarnya defisit dari awal tahun. Apalagi pada bulan Juli 2018 diperkirakan defisit neraca perdagangan kembali terjadi seiring mulai normalnya aktivitas bisnis," jelasnya.


Sementara, Ekonom Center of Reform on Economics (CORE) Mohammad Faisal meramal perdagangan luar negeri pada Juni kurang bergairah karena faktor musiman yang didorong oleh libur panjang Lebaran.

"Seperti pola tahun-tahun sebelumnya, nilai ekspor maupun impor akan menyusut tajam. Selisih antara ekspor dan impor biasanya akan menipis di bulan ini," ucapnya.

Namun, hal itu tak memberi jaminan bahwa Indonesia bisa menikmati surplus perdagangan pada Juni. Sebab, sekalipun surplus, menurutnya akan sangat tipis. Bahkan, ia melihat ada peluang neraca perdagangan kembali mencatatkan defisit.

"Saya perkiraan justru penurunan ekspor sedikit lebih tajam dibandingkan penurunan impor, jadi kemungkinan ada defisit tipis di Juni," pungkasnya.

Hari ini, Badan Pusat Statistik (BPS) akan mengumumkan data neraca perdagangan Juni 2018 dan semester I 2018 pada pukul 11.00 WIB. (agi/agt)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER