Jakarta, CNN Indonesia --
Harga minyak mentah Brent tergelincir pada perdagangan Kamis (19/7), waktu Amerika Serikat (AS). Pelemahan terjadi akibat mencuatnya kembali perhatian pasar terhadap potensi kenaikan pasokan global.
Dilansir dari
Reuters, Jumat (20/7), harga minyak mentah Brent merosot US$0,32 menjadi US$72,58 per barel. Selama sesi perdagangan, Brent sempat menyentuh level US$73,79 per barel.
Sementara harga minyak mentah berjangka AS West Texas Intermediate (WTI) menanjak US$0,7 atau 1 persen menjadi US$69,46. Harga WTI sempat mencapai US$70,17 di awal sesi perdagangan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Harga minyak mentah terdongkrak di awal sesi perdagangan setelah Gubernur Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) dari Arab Saudi Adeeb Al-aama menyatakan bahwa Arab Saudi memperkirakan ekspor minyak mentah akan merosot sekitar 100 ribu barel per hari (bph) yang akan membatasi kelebihan produksi.
Partner Again Capital Management John Kilduff menilai penurunan harga minyak mentah terjadi karena aksi ambil untung pelaku pasar. Harga merosot akibat perhatian pasar yang kembali pada potensi terjadinya kelebihan pasokan seiring Arab Saudi, Rusia, dan negara produsen minyak mentah utama dunia yang terus meningkatkan produksi.
Dua orang sumber Reuters mengatakan bahwa OPEC dan negara non-OPEC memangkas produksi minyak mentah pada Juni lalu sekitar 20 persen melebihi level yang disepakati. Sebagai pembanding, pada Mei lalu, pemangkasan produksi sekitar 47 persen.
"Hanya karena Arab Saudi mencoba untuk menahan pelemahan, tidak mengubah fakta bahwa produksi minyak mereka meningkat," ujar Kilduff.
Selain itu, harga komoditas juga mendapatkan tekanan dari penguatan dolar AS dan serangan dari memanasnya tensi perdagangan global yang menimbulkan risiko pada perlambatan ekonomi dan menurunnya permintaan.
Di awal sesi perdagangan, kurs dolar AS menyentuh level tertinggi dengan menguat 0,5 persen melawan sekeranjang mata uang lain sejak Juli 2017.
"Margin pengilangan di Asia di bawah tekanan dan beberapa kilang independen di China telah memangkas hasil pemrosesanya, yang juga membebani pasar minyak Brent," ujar Presiden Lipow Oil Associates di Houston.
Selanjutnya, pemberitaan terkait berakhirya aksi mogok pekerja di rig pengeboran di Norwegia juga membebani harga minyak global.
Harga Brent telah merosot sekitar delapan persen dari level tertinggi pekan lalu yang mencapai US$79 per barel akibat data produksi yang lebih tinggi dari Arab Saudi dan negara anggota OPEC lain, serta Rusia dan AS.
Pada Rabu (18/7) lalu, Badan Administrasi Informasi Energi AS (EIA) menyatakan bahwa produksi minyak mentah AS mencapai 11 juta bph pada pekan lalu. Artinya, produksi AS telah meningkat sekitar 1 satu bph sejak November 2017 akibat maraknya pengeboran minyak shale.
Lonjakan stok minyak mentah AS juga menambah sentimen harga bakal menurun di pasar. Stok minyak mentah AS pekan lalu naik 5,8 juta barel, di luar ekspektasi yang memperkirakan penurunan sebesar 3,6 juta barel.
Meski stok menebal, berdasarkan data Genscape yang diperoleh pelaku pasar, persediaan minyak mentah AS di hub pengiriman WTI di Cushing, Oklahoma diperkirakan turun 1,8 juta barel atau sekitar 6,2 persen.
(agi/agi)