Jakarta, CNN Indonesia -- Presiden
Joko Widodo meminta kepala daerah untuk tidak menjegal investasi baru atau ekspansi usaha dari perusahaan berorientasi ekspor atau perusahaan substitusi impor.
Hal itu diungkapkan demi memperbaiki kinerja ekspor yang dianggapnya tidak mampu memperbaiki kinerja neraca perdagangan Indonesia.
Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), ekspor Indonesia sepanjang semester I 2018 tercatat US$88,02 miliar atau naik 10,03 persen dari tahun sebelumnya US$80 miliar.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hanya saja, Indonesia mengalami tekanan dari sisi impor, di mana nilai impor dalam enam bulan pertama 2018 tercatat US$89,04 miliar atau naik 23,1 persen dari tahun sebelumnya US$72,33 miliar.
Hasilnya, Indonesia harus mengalami defisit neraca perdagangan US$1,02 miliar pada periode tersebut.
"(Neraca dagang) adalah masalah besar yang perlu dicarikan jalan keluarnya. Masalahnya adalah investasi, makanya saya titip gubernur, bupati, dan wali kota mengenai investasi orientasi ekspor dan substitusi impor, sudah lah jangan ada pembicaraan lagi. Jangan tutup mata, suruh mereka bangun," jelas Jokowi, Kamis (26/7).
Menurut dia, kepala daerah harus bisa menyelesaikan izin-izin investasi itu sesegera mungkin. Tak dipungkiri, Indonesia sedang membutuhkan surplus neraca perdagangan yang bisa membantu perbaikan defisit transaksi berjalan, sehingga Indonesia tidak rentan akan dampak gejolak ekonomi global saat ini.
"Makanya kalau bisa selesaikan izinnya detik itu juga, saat itu juga. Ini kecepatan pelayanan, kalau kita (pemerintah) pikirnya kelamaan, ya nanti investasinya tidak jadi," jelas dia.
Selain defisit neraca perdagangan, Jokowi juga mengatakan bahwa defisit transaksi berjalan merupakan masalah yang perlu dicari jalan keluarnya. Untuk menanggulanginya, maka ia juga meminta kepala daerah untuk memberikan kesempatan seluasnya bagi investasi di pariwisata.
Pasalnya, menurut dia, pariwisata bisa mendatangkan devisa yang bisa membantu otoritas moneter dalam upaya stabilisasi nilai tukar rupiah.
Sebagai catatan, cadangan devisa Indonesia sudah terkuras dari US$131,98 miliar di Januari ke US$119,8 miliar di Juni kemarin hanya demi menstabilkan nilai tukar rupiah.
Selain itu, kinerja neraca perdagangan dan neraca jasa yang mumpuni bisa mengurangi defisit transaksi berjalan.
Adapun, defisit transaksi berjalan di kuartal I kemarin bertengger di angka US$5,5 miliar atau naik 129,17 persen dibanding tahun sebelumnya yakni US$2,4 miliar.
"Kalau ada surplus, kita bisa kipas-kipas. Dan kalau transaksi berjalan juga bisa surplus, ya kita juga bisa kipas-kipas," pungkas Mantan Gubernur DKI Jakarta ini.
(lav)