Jakarta, CNN Indonesia --
Harga minyak mentah dunia menguat selama tiga hari berturut-turut pada perdagangan Kamis (26/7), waktu Amerika Serikat (AS). Penguatan dipicu penghentian pengiriman minyak Arab Saudi melalui selat di Laut Merah menyusul serangan pada dua kapal tanker minyak.
Tak hanya itu, kenaikan harga minyak juga dipicu meredanya tensi perdagangana antara AS dan Uni Eropa.
Dilansir dari
Reuters, Jumat (27/7), harga minyak mentah berjangka Brent menguat US$0,61 atau 0,8 persen menjadi US$74,54 per barel. Di awal sesi perdagangan harga Brent sempat menyentuh US$74,83 per barel, tertinggi sejak 16 Juli.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kenaikan harga juga terjadi pada harga minyak berjangka AS West Texas Intermediate (WTI) sebesar US$0,31 atau 0,5 persen menjadi US$69,61 per barel.
Presiden Donald Trump sepakat untuk menahan pengenaan tarif produk mobil setelah bertemu dengan Presiden Komisi Eropa Jean-Claude Junker di Gedung Putih pada Rabu (26/7) lalu. Uni Eropa dan AS akan mulai membahas potensi untuk menghilangkan hambatan perdagangan lain.
"Sudah pasti ini akan berdampak positif pada perekonomian dan komoditas," ujar Partner Again Capital Management John Kilduff di New York.
Menurut Kilduff, kesepakatan tersebut memulihkan prospek perekonomian ke depan yang sempat suram akibat dimulainya perang dagang.
Harga Brent menguat pada perdagangan pasca penutupan Rabu lalu, setelah Arab Saudi menghentikan sementara pengiriman minyak melalui jalur Bab al-Mandeb di Laut Merah. Hal itu dilakukan menyusul serangan dari Yaman oleh gerakan Houthi yang merupakan aliansi Iran.
Setiap pemblokiran Bab al-Mandeb, yang terletak antara pesisir Yaman dan Afrika pada ujung selatan Laut Merah, akan menghentikan pengiriman minyak melalui Terusan Suez Mesir atau pipa minyak mentah SUMED yang menghubungkan Laut Merah dengan Mediterania.
Berdasarkan data Badan Administrasi Energi AS (EIA), sejak 2016, sekitar 4,8 juta barel per hari (bph) minyak mentah dan produk kilang mengalir melalui selat Bab al-Mandeb menuju Eropa, Amerika Serikat dan Asia.
Arab Saudi memiliki Petroline atau dikenal sebagai pipa East-West yang utamanya mengangkut minyak mentah dari lapangan migas di timur hingga ke Yanbu untuk ekspor. Hal itu bisa mengimbangi penyumbatan yang disebabkan oleh penutupan selat Bab al-Mandei.
Kendati demikian, Analis Petromatrix Oliver Jakob menilai dampak terhadap biaya pengiriman pada kejadian di Arab Saudi perlu diperhatikan.
"Jalur tersebut (Bab al-Mandei) tidak sepenting Selat Hormuz, tetapi terhambatnya aliran melalui jalur tersebut memberi dampak tidak hanya pada minyak mentah, tetapi juga pada produk lain mengingat waktu pelayaran menjadi lebih lama," ujar Jakob dalam catatannya.
Di AS, berdasarkan data EIA, persediaan minyak mentah merosot ke level terendah sejak 2015 pada pekan lalu. Hal sama juga terjadi pada stok bensin dan minyak distilasi.
Mengutip informasi dari Genscape kemarin, pedagang minyak (trader) menyatakan bahwa persediaan minyak mentah di hub penyimpanan Cushing, Oklahoma, terus mengempis. Hingga Selasa (24/7), stok minyak di hub Cushing diperkirakan merosot sebesar 1,1 juta barel.
(lav)