Sumbawa, CNN Indonesia -- Presiden Joko Widodo (
Jokowi) meresmikan Bendungan Tanju di Kabupaten Dompu, Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) senilai Rp124 miliar.
Bendungan ini memiliki kapasitas tampung mencapai 17,86 juta meter kubik dan luas genangan 325,2 hektar.
Jokowi berharap kehadiran bendungan ini dapat menjadi sumber irigasi baru masyarakat sekitar. Ia juga berharap kehadiran bendungan bisa meningkatkan produksi padi dan jagung yang selama ini menjadi andalan NTB.
Proyeksinya, air bendungan ini bisa mengairi 2.250 hektar lahan pertanian di Kecamatan Manggalewa. "Kami harapkan komoditas pertanian di Dompu bisa meningkat dan naik cepat. Diharapkan panen dari satu kali jadi tiga kali," ujar Jokowi saat peresmian, Senin (30/7).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bendungan yang dibangun oleh PT Nindya Karya sebagai Pelaksana KSO serta PT Ciriajasa E.C dan PT Indra Karya sebagai Supervisi KSO ini, juga dipastikan bisa menjadi sumber ketersediaan air baru bagi masyarakat dengan intensitas aliran sebesar 54 liter per detik.
Selain itu, bendungan juga bisa mereduksi banjir hingga 155 meter kubik per detik. Maklum saja, NTB memiliki karakteristik kering, namun sekali hujan turun, alirannya dapat membuat banjir.
Jokowi menekankan pembangunan Bendungan Tanju ini penting bagi masyarakat Dompu, NTB. Sebab, air merupakan kunci pembangunan.
"Kunci pembangunan di NTB satu, ada air. Kalau tidak ada air, misalnya di Dompu ini, mau ditanam apa," katanya.
Selain itu, menurutnya, pembangunan bendungan di Indonesia masih jauh tertinggal dari negara-negara lain. Misalnya, Amerika Serikat (AS) memiliki 6.100 bendungan dan China yang memiliki hingga 110 ribu bendungan.
Di sisi lain, Direktur Jenderal Sumber Daya Air (SDA) Kementerian PUPR Hari Suprayogi memperkirakan manfaat irigasi dari bendungan ini dapat dirasakan masyarakat mulai Januari-Februari 2019 mendatang. Sebab, musim hujan diperkirakan akan datang mulai November 2018 dan tampung air menyentuh batas maksimal pada awal tahun depan.
Namun, untuk mencapai aliran air maksimal sesuai target, diperkirakan baru tercapai dalam beberapa tahun ke depan setelah pembangunan 2 terowongan yang mengalirkan air ke Bendungan Tanju dari Sungai Rababaka selesai dibangun.
Hal ini lantaran sumber air bagi bendungan ini turut memanfaatkan aliran Sungai Rababaka dengan volume mencapai 26 juta meter kubik atau setara 3,2 meter kubik per detik. "Kalau ada terowongan ini, kapasitas bendungan menjadi maksimal hingga 17 jutaan meter kubik," katanya.
Di sisi lain, ia berharap bendungan ini juga dapat menjadi tempat wisata bagi masyarakat sekitar. "Siapa tahu nanti bisa digunakan untuk masyarakat naik perahu, ski air, dan lainnya. Itu nanti bisa dikelola pemerintah pusat dan dikolaborasi dengan pemerintah daerah," ucapnya.
Selain Bendungan Tanju, NTB saat ini memiliki 9 bendungan yang sudah selesai dibangun, yaitu Bendungan Batu Jai, Bendungan Pengga, Bendungan Pandanduri, dan Bendungan Suwangi di Pulau Lombok.
Kemudian Bendungan Batu Bulan, Bendungan Mamak, Bendungan Tiu Kulit, Bendungan Gapit, Bendungan Pelaparado, dan Bendungan Sumi di Pulau Sumbawa. Sedangkan sisanya, ada 2 bendungan yang masih tahap pembangunan, yaitu Bendungan Bintang Bano dan Bendungan Mila.
Adapun hingga akhir pemerintahan Kabinet Kerja, ditargetkan jumlah bendungan yang sudah selesai dibangun dan sudah dimulai proses pembangunannya mencapai 65 bendungan, yang terdiri dari 49 bendungan baru dan 16 bendungan yang sudah dalam proses pembangunan.
"Saat ini yang sudah selesai ada 9 bendungan, 34 bendungan sedang proses pembangunan, 14 bendungan akan dimulai proses pembangunannya, dan 8 bendungan akan ditenderkan tahun depan," pungkasnya.
(agi/agt)