Rupiah Lemah, KSSK Klaim Ekonomi Masih Terjaga

Safyra Primadhyta | CNN Indonesia
Selasa, 31 Jul 2018 18:40 WIB
Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) menegaskan stabilitas sistem keuangan pada kuartal II 2018 masih terjaga di tengah meningkatnya tekanan terhadap rupiah
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati. (CNN Indonesia/Hesti Rika)
Jakarta, CNN Indonesia -- Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) menegaskan stabilitas sistem keuangan pada kuartal II 2018 masih terjaga di tengah meningkatnya tekanan terhadap rupiah.

Pernyataan tersebut berdasarkan hasil rapat rutin kuartalan KSSK yang digelar pada Kamis (26/7) lalu.
Rapat tersebut digelar untuk membahas dan memantau perkembangan ekonomi, moneter, fiskal, makroprudensial, sistem pembayaran, pasar modal, pasar Surat Berharga Negara (SBN), perbankan, lembaga keuangan nonbank, dan penjaminan simpanan.

"KSSK memandang kondisi fundamental, serta stabilitas perekonomian dan sistem keuangan masih terjaga," ujar Menteri Keuangan Sri Mulyani merangkap Ketua KKSK dalam konferensi pers di Gedung Djuanda I Kementerian Keuangan (Kemenkeu), Selasa (31/7).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


Terjaganya stabilitas keuangan, lanjut Sri Mulyani, tercermin dari tingkat inflasi yang terjaga, likuiditas keuangan yang mencukupi, cadangan devisa yang memadai, tingkat defisit APBN yang terkendali, dan surplus keseimbangan primer pada semester I 2018.

Selain itu, di sektor perbankan, juga terjadi perbaikan yang tercermin dari pertumbuhan kredit yang disertai tingkat risiko perbankan yang terkendali dan likuiditas yang kuat.

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat per akhir Juni 2018, penyaluran kredit tumbuh 10,75 persen secara tahunan, meningkat dari periode yang sama tahun lalu, 7,75 persen. Sementara itu, rasio kredit bermasalah (NPL) per Juni 2018 menurun menjadi 2,67 persen atau dari Mei, 2,79 persen.


Kendati demikian, lanjut Sri Mulyani, KSSK mencermati tekanan terhadap nilai tukar dan surat berharga negara. Per hari ini, BI mencatat nilai tukar masih bertengger di level Rp14.420 per dolar AS.

Hal itu disebabkan oleh ekspektasi dari kenaikan suku bunga acuan Bank Sentral Amerika Serikat (AS) yang akan terjadi pada semester II dan sentimen perang dagang AS dan mitra dagang utamanya.

"Kami akan terus berjaga-jaga dan mengantisipasi kedua hal tersebut," ujarnya.


Gubernur BI Perry Wardjiyo menambahkan bank sentral terus mencermati perkembangan global. Perry memperkirakan kenaikan suku bunga The Fed masih akan terjadi dua kali tahun ini. Kenaikan suku bunga acuan juga dilakukan oleh negara maju lain seperti Jepang.

"Risiko-risiko dari eksternal tidak hanya dialami oleh Indonesia seluruh negara juga mengalami ," ujarnya.

Dari sisi domestik, KSSK akan menjaga kondisi defisit transaksi berjalan agar seimbang dengan kebutuhan untuk menjaga momentum pertumbuhan ekonomi. Selain itu, KSSK juga akan mengantisipasi perkembangan kondisi politik di dalam negeri.

Sebagai pengingat, berdasarkan Badan Pusat Statistik (BPS) selama Januari - Juni 2018, neraca dagang Indonesia defisit US$1,02 miliar. Defisit terjadi karena secara kumulatif ekspor hanya sebesar US$88,02 miliar sedangkan impor paruh pertama tahun ini mencapai US$89,04 miliar.


Karena itu, sebagai kebijakan jangka menengah, Ketua Dewan Komisioner OJK Wimboh Santoso mendukung upaya pemerintah untuk mendorong ekspor misalnya dengan meningkatkan pembiayaan ekspor. Selain itu, OJK juga mendorong pembiayaan proyek infrastruktur dan pengembangan sektor pariwisata.

Sebagai informasi, KSSK beranggotakan Kemenkeu, Bank Indonesia (BI), Otoritas Jasa Keuangan (OJK), dan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS). Secara berkala, anggota KSSK menyelenggarakan rapat per tiga bulan. Dijadwalkan, KSSK akan kembali menggelar rapat berkala pada Oktober mendatang. (lav)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER