Jakarta, CNN Indonesia -- Kepala Badan Pusat Statistik (
BPS) Suhariyanto mengungkapkan peningkatan belanja pemerintah dan konsumsi masyarakat menjadi salah satu pendorong pertumbuhan ekonomi kuartal II 2018 yang tercatat mencapai 5,27 persen.
Seperti diketahui, pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal kedua tahun ini naik tajam dibandingkan ekonomi kuartal II 2017 yang hanya 5,07 persen dan kuartal I 2018 sebesar 5,06 persen.
Secara keseluruhan, komponen konsumsi tumbuh hingga 5,14 persen, dan berkontrubusi hingga 55,43 persen terhadap ekonomi Indonesia. Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB), termasuk di dalamnya investasi berkontribusi mencapai 31,15 persen, ekspor 20,35 persen, dan konsumsi pemerintah 8,5 persen.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Konsumsi masyarakat antara lain ditopang dari penjualan eceran yang tumbuh baik, penjualan wholesale sepeda motor dan mobil penumpang juga menunjukkan konsumsi rumah tangga menggeliat. Tak hanya itu, volume penjualan listrik juga membaik. Namun, impor barang konsumsi perlu menjadi perhatian.
"Hal yang mempengaruhi konsumsi adalah gaji dan tunjangan hari raya saat masa Lebaran," kata Suhariyanto, Senin (6/8).
Berdasarkan data BPS, gaji dan honor Pegawa Negeri Sipil (PNS) tumbuh baik mencapai 16,69 persen, dan menguatkan golongan terbawah.
Dari sisi pengeluaran pemerintah, realisasi belanja dalam APBN pada kuartal II tahun ini sebesar Rp523,7 triliun atau setara dengan 23,58 persen dari pagu APBN 2018. Hal itu lebih tinggi dibanding belanja pemerintah pada kuartal II 2017 realisasi belanja pemerintah hanya Rp493,56 triliun atau 23,14 persen.
"Belanja pegawai semua naik dan transfer ke daerah semua juga naik," ucapnya.
Berdasarkan sektor industri, bidang pengolahan menjadi sumber pertumbuhan tertinggi yakni sebesar 0,84 persen. Sedangkan sektor perdagangan menyumbang 0,69 persen, sektor pertanian sebesar 0,64 persen, dan sektor konstruksi sebesar 0,55 persen.
"Industri pengolahan naik karena sektor makanan dan minuman juga naik didukung oleh peningkatan produksi
crude palm oil (CPO)," kata Suhariyanto.
Tak hanya itu, momentum Lebaran ikut mendongkrak industri tekstil dan penjualan pakaian jadi. Kemudian, pertumbuhan industri alat angkutan juga mendorong industri pengolahan secara keseluruhan.
Suhariyanto mencermati perkembangan ekonomi global pada kuartal II 2018 yang cenderung fluktuatif. Misalnya saja, pertumbuhan ekonomi Tiongkok melambat menjadi 6,7 persen dibandingkan kuartal I 2018 sebesar 6,8 persen.
Di sisi lain, Amerika Serikat justru naik menjadi 2,8 persen dari kuartal sebelumnya yang hanya 2,1 persen dan Singapura turun menjadi 3,8 persen dari kuartal I 2017 yang sebesar 4,3 persen.
"Tiongkok target ekspor Indonesia terbesar, begitu juga Amerika Serikat dan Singapura," pungkas Suhariyanto.
(lav)