Jakarta, CNN Indonesia --
Kementerian Keuangan tengah fokus menyelesaikan utang yang didera oleh PT Trans Pacific Petrochemical Indotama (TPPI), anak usaha PT Tuban Petrochemical Industries (TPI). Langkah ini merupakan rangkaian dari restrukturisasi TPPI sebagai salah satu tulang punggung industri petrokimia nasional.
Menteri Keuangan Sri Mulyani menyebut saat ini pemerintah mencari mekanisme yang sesuai agar masalah utang TPPI bisa selesai.
PT Perusahaan Pengelola Aset (Persero) mencatat total utang TPPI pada 2012 lalu sebesar Rp17,88 triliun, terdiri dari total utang pokok, bunga dan denda yang harus dibayarkan kepada 362 kreditur. PT Pertamina (Persero) menjadi kreditur terbesar dengan nilai Rp6,57 triliun.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kami fokusnya menyelesaikan permasalahan commercial-nya, yaitu masalah utang piutang agar di-clear-kan supaya perusahaan bisa berjalan," kata Sri Mulyani di Kantor Wakil Presiden, Senin (6/8).
Tak hanya soal utang, ia bilang masalah kepemilikan saham juga menjadi fokus pembenahan pemerintah atas TPI dan TPPI. Sekadar informasi, Pertamina menggenggam saham TPPI sebesar 70 persen dan pemerintah melalui PPA menggenggam 100 persen saham di TPI setelah TPI dinyatakan gagal bayar (default) atas obligasi multiyears senilai Rp734 miliar.
"Di situ ada kepemilikan Pertamina dan pemerintah, kepemilikan saham bisa clear agar perusahaan bisa terus berlanjut," imbuh Mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia ini.
Sementara itu, Direktur Jenderal Kekayaan Negara Kemenkeu Isa Rachmatarwata mengatakan penyelesaian utang TPPI sangat penting agar perusahaan bisa menambah permodalan. Sebab, pemerintah ingin agar aset TPPI optimal, sehingga kapasitas produksi petrokimianya juga bertambah.
Produksi petrokimia bisa menjadi substitusi impor bagi bahan baku industri kimia dalam negeri yang selama ini dianggap membebani neraca perdagangan.
Dalam lima bulan pertama 2018 saja, impor bahan kimia tercatat US$9,47 miliar dan berperan 15,19 persen terhadap total impor US$62,34 miliar.
"Karena mencari modal susah, makanya utang itu harus segera diselesaikan," papar dia.
Dalam jangka panjang, rencananya TPPI akan dijadikan penopang industri petrokimia nasional dan menghasilkan cadangan devisa bagi Indonesia. Sebab, saat ini Indonesia sedang butuh devisa guna stabilisasi nilai tukar setelah diterpa dampak eksternal.
Cadangan devisa Indonesia sudah menyusut dari US$131,98 miliar di Januari ke US$119,8 miliar di Juni hanya gara-gara pelemahan rupiah.
"Nanti dalam waktu dekat, penyelesaian TPPI ini akan dilakukan di kantor Kementerian Koordinator bidang Perekonomian. Jangka panjangnya tentu agar ini bisa menyumbang devisa bagi Indonesia," pungkas dia.
(lav)