Jakarta, CNN Indonesia -- Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) menilai masuknya PT Indonesia Asahan Aluminium (
Inalum) ke PT
Freeport Indonesia bisa menjadi batu pijakan bagi Indonesia untuk memperbanyak eksplorasi dan pembangunan tambang baru di area Papua Belt atau jalur tambang
Papua.
Staf Khusus IAGI Iwan Munajat menyebut lokasi tambang di wilayah Papua membentang dari ekor di bagian timur Papua hingga kepala yang berada di bagian Barat. Saat ini, jumlah tambang di Papua New Guinea mencapai 17 tambang. Sementara Indonesia, hanya memiliki tambang Grasberg yang digali oleh Freeport Indonesia sejak 1967.
"Potensi kita di luar itu (Grasberg) sangat besar, kita cuma belum eksplorasi di luar sana. Salah satunya karena (investasinya) mahal," ujar Iwan dalam diskusi 'Lika Liku Akuisisi Saham Freeport' di Jakarta, Senin (6/8).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selain eksplorasi, Ia berharap masuknya Inalum dapat menjaga keberlangsungan operasional tambang. Menurut dia, kegiatan pengembangan dan operasional tambang bawah tanah dengan teknologi
block caving yang digunakan Freeport Indonesia tidak dapat berhenti karena sekali berhenti terowongan dapat runtuh dan ongkos untuk memulai kembali sangat besar.
Untuk itu, menurut Iwan, opsi arbitrase yang kemungkinan akan memakan waktu menjadi tidak rasional.
Sebagai gambaran, untuk membangun terowongan bawah tanah Grasberg sepanjang 1.200 kilometer membutuhkan investasi sebesar US$18 miliar atau sekitar Rp260 triliun dengan asumsi biaya pembangunan terowongan US$15 ribu per meter.
Lebih lanjut, Iwan menilai kesepakatan harga penjualan saham Freeport-McMoran dan hak partisipasi Rio Tinto di Freeport Indonesia kepada Inalum yang mencapai US$3,85 miliar masih wajar.
Pasalnya, berdasarkan perhitungan Iwan pada September 2017 menggunakan proyeksi data yang dipublikasikan, nilai ekuitas Freeport Indonesia mencapai US$9,96 miliar. Artinya, jika Inalum ingin mengerek porsi sahamnya menjadi 51 persen di Freeport Indonesia, nilai akuisisinya mencapai US$4,5 miliar atau lebih besar dari realisasi kesepakatan harga.
"Jadi kalau sekarang Inalum mendapatkan US$3,85 miliar itu bagus," jelasnya.
(agi)