Jakarta, CNN Indonesia --
Perang dagang yang berkecamuk antara
Amerika Serikat (AS) dan China mulai menimbulkan kekhawatiran bagi industri penerbangan global, salah satunya Boeing.
CEO Boeing Dennis Muilenburg mengatakan kekhawatiran dipicu oleh besarnya potensi permintaan pesawat dari China. Boeing memproyeksikan bahwa China akan menghabiskan US$1,1 triliun untuk membeli ribuan pesawat baru dalam 20 tahun ke depan.
Permintaan besar juga akan datang dari AS dan negara lain.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Boeing memperkirakan dalam 20 tahun ke depan ada potensi permintaan 43 ribu pesawat baru. Tapi di sisi lain, Boeing saat ini berinvestasi atau membuat pabrik baru di tenggara Shanghai, China.
"Jadi, bisnis kami tumbuh salah satunya di AS, tapi kami berinvestasi membangun pabrik di luar AS (China), dan masalah tarif ini menjadi tantangan, kami mengkhawatirkan itu," katanya seperti dikutip dari CNN.com, Jumat (10/8).
Muilenburg mengatakan bahwa Boeing ingin masalah dagang tersebut segera diselesaikan. Dia telah meminta Presiden AS Donald Trump segera menghentikan perang dagang tersebut.
Ia percaya bahwa diskusi yang dilakukannya dengan pemerintahan Trump akan berdampak. Apalagi, kalau melihat kontribusi sektor kedirgantaraan terhadap surplus neraca dagang AS yang mencapai US$80 miliar per tahun.
"Kami melihat bahwa pemerintahannya akan mendukung kami," katanya.
Perang dagang antara AS-China sampai saat ini masih berkecamuk. Terakhir, pemerintah China menyatakan akan memberlakukan tarif bea masuk 25 persen atas produk ekspor AS benilai US$16 miliar.
Produk yang akan dikenai tarif tersebut adalah barang kimia dan bahan bakar diesel.
Tarif yang akan diberlakukan 23 Agustus mendatang tersebut dikenakan sebagai balasan atas perang dagang yang dikobarkan AS.
Sebelum China menyatakan kenaikan tarif tersebut, pemerintahan Trump menyatakan akan mengenakan tarif 25 persen atas 279 produk impor asal China, seperti sepeda motor dan antena.
(cnn)