Jakarta, CNN Indonesia --
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan anjloknya nilai tukar rupiah hingga menyentuh Rp14.600 per dolar Amerika Serikat (AS) awal pekan ini tidak hanya disebabkan oleh imbas gejolak ekonomi Turki.
Pelemahan menurutnya, juga dipicu oleh antisipasi pasar terhadap kemungkinan kenaikan suku bunga acuan bank sentral Amerika Serikat, The Fed.
"Jadi karena faktor itu juga ada," katanya di Jakarta, Senin (13/8).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Gojelak ekonomi Turki membuat mata uang lira akhir pekan lalu terperosok ke titik terendah sejak 2001 silam. Kondisi tersebut memicu pelemahan nilai mata uang sejumlah negara termasuk rupiah.
Di pasar spot, nilai tukar rupiah yang sebelumnya berada di area Rp14.400 per dolar AS langsung lompat ke level sekitar Rp14.600 per dolar AS.
Di tengah kondisi tersebut, The Fed yang telah menaikkan suku bunga acuan sebanyak dua kali sepanjang tahun ini menjadi 1,75-2 persen masih membuka kemungkinan akan kembali menaikkan suku bunga acuan mereka kembali.
Sebagian pihak meyakini The Fed masih akan mengerek suku bunga acuannya minimal dua kali lagi tahun ini. Kendati demikian, Luhut memastikan kondisi fundamental ekonomi dalam negeri masih dinilai positif dan siap menghadapi kebijakan tersebut.
Ia tak menyangkal kebijakan tersebut bakal membuat rupiah tertekan. Tapi, ia menyebut tekanan tidak hanya akan terjadi ke rupiah, tapi juga mata uang lain.
"Fundamental Indonesia kan tadi sudah dikatakan tidak ada masalah. (Rupiah Rp14.600 per dolar AS) tidak apa-apa," jelas Luhut.
(agt)