Jakarta, CNN Indonesia -- Menteri Koordinator Kemaritiman
Luhut Binsar Pandjaitan yakin kebijakan
pencampuran biodiesel pada solar nonsubsidi bisa menghemat devisa besar. Saat ini, pemerintah sudah mempunyai tiga skenario penghematan yang diperoleh dari kebijakan tersebut.
Skenario
pertama, asumsi harga minyak mentah sebesar US$70 per barel. Dengan asumsi harga minyak tersebut dan impor minyak 42 juta barel per tahun, penghematan devisa bisa mencapai US$2,94 miliar atau Rp39,69 triliun per tahun.
Skenario
kedua, asumsi harga minyak mentah sebesar US$75 per barel. Dengan asumsi tersebut dan jumlah impor yang sama, penghematan devisa bisa mencapai US$3,15 miliar atau Rp45,67 triliun per tahun.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sementara itu skenario
ketiga, asumsi harga minyak dunia sebesar US$80 per barel. Dengan asumsi tersebut, penghematan devisa bisa mencapai US$3,36 miliar atau Rp48,72 triliun per tahun.
"Jadi tergantung skenario mana yang dipilih," katanya Selasa (14/8).
Luhut mengatakan bahwa selain berpotensi menghemat devisa, penerapan kebijakan biodiesel juga bisa berdampak pada konsumsi minyak sawit mentah (CPO).
Kebijakan tersebut bisa mendongkrak permintaan CPO, termasuk juga harganya.
Luhut memperkirakan, kebijakan tersebut bisa mengerek harga CPO sebesar US$200 per ton. Dengan kenaikan harga tersebut, kebijakan perluasan pencampuran biodiesel bisa mendongkrak penerimaan devisa sampai dengan US$9,36 miliar.
Pemerintah berencana menerapkan kebijakan mandatori pencampuran 20 persen biodiesel ke dalam BBM jenis solar.
Langkah tersebut dilakukan untuk mengurangi tekanan impor dan menghemat devisa.
Kebijakan tersebut rencananya mulai dijalankan Agustus ini. Tapi Menteri Koordinator Perekonomian Darmin nasution mengatakan bahwa kebijakan tersebut kemungkinan besar baru bisa dijalankan September nanti.
(agt)