Jakarta, CNN Indonesia -- Pengembangan
Energi Baru Terbarukan (EBT) di dalam negeri sampai saat ini masih menghadapi banyak ganjalan.
Ketua Umum Masyarakat Energi Terbarukan Indonesia (METI) mengatakan salah satu ganjalan datang dari sisi komersil.
Ia mengatakan bahwa dari sisi komersil harga pengembangan EBT masih belum begitu menarik. Oleh karena itulah, banyak investor yang enggan masuk ke dalam EBT.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Oleh karena itulah perlu terobosan baik teknologi, regulasi dan pendanaan agar pengembangan energi tersebut bisa dilakukan dan target bauran energi 23 persen pada 2025 bisa dicapai," katanya di Jakarta, Rabu (29/8).
Wakil Presiden Jusuf Kalla mengakui keluhan yang disampaikan METI tersebut. Menurutnya, Indonesia saat ini memang menghadapi tantangan besar dalam menyediakan dan memperbesar porsi energi bersih dengan harga terjangkau.
Tantangan tersebut membuat minat investor masuk ke dalam pengembangan EBT masih kecil.
Sementara itu Menteri Eenergi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan mengatakan bahwa agar pengembangan EBT cepat, pihaknya saat ini terus berupaya mempercepat perluasan kebijakan pencampuran biodiesel ke dalam BBM.
Ia menargetkan perluasan tersebut bisa terlaksana 1 September mendatang.
(agt)