Bunga Kredit Berpotensi Menanjak Hingga Tahun Depan

Yuli Yanna Fauzie | CNN Indonesia
Jumat, 31 Agu 2018 11:17 WIB
Bunga acuan Bank Indonesia yang diperkirakan masih akan naik hingga tahun depan diramal berdampak pada kenaikan bunga kredit, terutama di segmen konsumer.
Ilustrasi bunga kredit. (CNNIndonesia/Adhi Wicaksono).
Jakarta, CNN Indonesia -- Ekonom Senior Bank Mandiri Andry Asmoro memproyeksi kenaikan 100 basis poin (bps) atau 1 persen bunga acuan Bank Indonesia (BI) berdampak pada kenaikan bunga kredit sekitar 20-40 bps atau 0,2-0,4 persen.

Saat ini, BI telah mengerek bunga acuan sebesar 125 bps menjadi 5,5 persen. Ia pun memperkirakan bunga acuan BI akan dikerek hingga 5,75 persen sampai akhir tahun ini.

Dengan proyeksi kenaikan bunga BI mencapai 150 bps sampai akhir tahun, bunga kredit bank diperkirakan bakal naik 30-50 bps atau 0,3-0,5 persen pada tahun ini.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Meski begitu, ia bilang, kenaikan bunga kredit bank itu tak serta merta dilakukan pada tahun ini. Sebab, secara historis biasanya kenaikan bunga kredit masih memiliki jeda waktu sekitar 3-4 bulan setelah BI menyesuaikan bunga acuannya.

"Tapi mungkin masing-masing bank kenaikannya juga tetap bervariasi, mungkin yang paling besar adalah segmen konsumer, bukan korporasi," kata Andry di Plaza Mandiri, Jakarta Selatan, Kamis (30/8).


Sementara untuk tahun depan, ia memperkirakan bunga acuan BI akan naik hingga kisaran 6,5 persen. Dengan demikian, total kenaikan bunga acuan BI akan mencapai 225 bps atau 2,25 persen dari tingkat bunga acuan pada awal 2018 sebesar 4,25 persen.

Hitung-hitungan kasarnya, kenaikan bunga kredit bank bisa mencapai 45-90 bps atau 0,45-0,9 persen hingga tahun depan. "Misalnya, BI menaikkan sampai 2,5 persen ya dihitung saja sekitaran itu," imbuhnya.

Namun, lagi-lagi menurutnya, proyeksi kenaikan itu tak serta merta akan dilakukan bank karena pertimbangan kenaikan bunga kredit tak hanya mengacu pada bunga acuan BI. Bank tentu tetap memperhitungkan kondisi pasar permintaan kredit.

"Tapi kalau tidak ada dukungan dari pertumbuhan ekonomi, itu bahaya juga kalau menaikkan sampai segitu," katanya.

Lalu, dari sisi likuiditas juga perlu diperhatikan karena ia melihat tingkat likuiditas bank mulai mengetat, khususnya bagi Bank Umum Kegiatan Usaha (BUKU) 1. Tak ketinggalan, penyesuaian bunga juga mempertimbangkan kinerja kualitas kredit.


Menurut dia, sepanjang tahun lalu bank sudah bekerja keras untuk melakukan restrukturisasi kredit demi memperbaiki rasio kredit bermasalah (Non Performing Loan/NPL). Namun, rasio NPL perbankan masih mencatatkan tren peningkatan dari 2,67 persen pada Juni menjadi 2,73 persen pada Juli.

"Jadi bank akan hati-hati untuk menaikkan bunga karena menjaga NPL yang sudah cukup bagus saat ini agar tidak memuncak lagi," pungkasnya.

Sementara, Ekonom dari Center of Reform on Economics (CORE) Piter Abdullah Redjalam menilai besaran kenaikan bunga acuan BI biasanya sejalan dengan besaran kenaikan bunga kredit bank.

Hanya saja, memang pertimbangan bank saat ini cukup banyak, misalnya profil risiko masing-masing nasabah, jenis dan segmen kredit, sektor usaha, hingga permintaan pasar.

"Jadi isunya sekarang seberapa cepat bank akan menaikkan sebesar yang dinaikkan BI. Bank tentu tidak mau bunga kredit naik terlalu besar, tapi jangan terlalu kecil juga agar tetap untung," katanya kepada CNNIndonesia.com.
(agi)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER