Jakarta, CNN Indonesia -- Menteri Koordinator Bidang Perekonomian
Darmin Nasution menilai tekanan
inflasi inti ke Indeks Harga Konsumen (IHK) pada Agustus 2018 cukup mereda. Pasalnya, komponen tersebut hanya naik sebesar 0,3 persen secara bulanan.
Angka ini lebih rendah dibandingkan Juli 2018 yang mencapai 0,41 persen, meski meningkat tipis dibandingkan bulan-bulan sebelumnya. Tercatat, inflasi inti Juni sebesar 0,24 persen, Mei 0,21 persen, April 0,15 persen, Maret 0,19 persen, dan Februari 0,26 persen.
"Rasanya 0,3 persen ini masih lumayan oke, walau sedikit lebih tinggi dari biasanya," ucap Darmin di kantornya, Senin (3/9).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kendati begitu, Darmin belum bisa memastikan apakah penurunan inflasi inti ini memberi sinyal bahwa impor mulai berkurang dan tekanan pelemahan nilai tukar rupiah mereda.
Sebab, kurs rupiah tengah meroket dalam sebulan terakhir ini. Lebih lanjut, ia juga belum bisa memberi analisa apakah nantinya pelemahan rupiah yang tengah berada di kisaran Rp14.700 per dolar AS akan kembali memberi tekanan ke inflasi melalui inflasi inti.
"Saya tidak bisa menebak, tapi kalau itu mulai berpengaruh (inflasi dari impor dan rupiah), pasti munculnya di inflasi inti. Walau inflasi inti itu tidak semuanya dari impor, tapi kalau ada pengaruh impor, itu akan terlihat dia berubah," jelas mantan gubernur Bank Indonesia (BI) itu.
Meski begitu, inflasi inti sebenarnya memberi sumbangan tertinggi pada inflasi Agustus 2018. Sumbangannya mencapai 0,18 persen dengan inflasi mencapai 0,3 persen.
Sedangkan inflasi dari komponen gejolak harga pangan (volatile foods) dan harga yang diatur pemerintah (administered price) justru menyumbang deflasi masing-masing 0,22 persen dan 0,01 persen. Keduanya mengalami deflasi 1,24 persen dan 0,06 persen.
Secara keseluruhan, IHK Agustus 2018 deflasi 0,05 persen secara bulanan. Inflasi secara tahun berjalan sebesar 2,13 persen dan secara tahunan sebesar 3,2 persen.
(lav/bir)