BPS: Agustus, Deflasi 0,05 persen

Galih Gumelar | CNN Indonesia
Senin, 03 Sep 2018 11:40 WIB
BPS mencatat Indeks Harga Konsumen (IHK) menurun atau deflasi 0,05 persen pada Agustus 2018 dibandingkan bulan sebelumnya yang inflasi 0,28 persen.
BPS mencatat Indeks Harga Konsumen (IHK) menurun atau deflasi 0,05 persen pada Agustus 2018 dibandingkan bulan sebelumnya yang inflasi 0,28 persen. (CNN Indonesia/Adhi Wicaksono).
Jakarta, CNN Indonesia -- Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat Indeks Harga Konsumen (IHK) menurun atau deflasi 0,05 persen secara bulanan (month to month) pada Agustus. Angka ini berbalik arah dibandingkan bulan sebelumnya yang inflasi 0,28 persen.

Kepala BPS Suhariyanto menjelaskan inflasi secara tahun kalender (year to date/ytd) mencapai 2,13 persen. Jika dibandingkan tahun sebelumnya, inflasi ini tercatat 3,2 persen persen secara tahunan (year on year/yoy).

Deflasi ini mengikuti tren seperti tahun-tahun sebelumnya, di mana harga-harga barang beranjak turun setelah masa-masa hari raya idul fitri. Ia mencontohkan posisi Agustus tahun lalu di mana juga terjadi deflasi sebesar 0,07 persen setelah idul fitri jatuh pada Juli 2017

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


"Ini menggembirakan karena ini bisa bikin inflasi hingga akhir tahun bisa sesuai target pemerintah, yakni 3,5 persen," ujarnya di Gedung BPS, Senin (3/8).

Beberapa komoditas yang menjadi kontributor utama deflasi adalah bahan pangan dengan besaran deflasi 1,10 persen dan memberi andil deflasi 0,24 persen.

Bahan pangan yang memberi deflasi paling besar adalah telur ayam ras yang mengalami deflasi di 62 kota dan memberi andil 0,06 persen ke deflasi.

Tak hanya telur, bawang merah juga tercatat mengalami deflasi di 75 kota dan memberi andil ke deflasi sebesar 0,05 persen.


Sementara, penurunan harga bawang merah paling jauh terjadi di Lhokseumawe dan Merauke dengan penurunan harga sebesar 21 persen secara bulanan.

"Selain itu, daging ayam ras, cabai merah, dan cabai rawit juga menyumbang deflasi masing-masing 0,01 persen," paparnya.

Meski begitu, Suhariyanto menilai masih ada inflasi di beberapa kelompok pengeluaran. Inflasi terbesar disumbang oleh kelompok pendidikan, rekreasi, dan olahraga dengan inflasi sebesar 1,03 persen dan memberi andil 0,08 persen terhadap inflasi. Ini lantaran biaya pendidikan masih melonjak seiring masuknya tahun ajaran baru.

Ia merinci, iuran siswa Sekolah Dasar memberi andil 0,03 persen di 33 kota, iuran Sekolah Menengah Pertama (SMP) andilnya 0,02 persen di 28 kota, dan uang sekolah SMA 0,01 persen.
Tak hanya uang sekolah, rokok kretek dan rokok kretek filter juga menghambat deflasi lantaran menyumbang inflasi masing-masing 0,01 persen.


"Dan kenaikan biaya sekolah ini menghambat laju deflasi bulan Agustus," terang dia.

Dengan demikian, inflasi harga bahan bergejolak mencatat deflasi 1,24 persen. Namun, pemerintah tak boleh lengah. Sebab, inflasi tahunan di komponen bahan bergejolak dianggap cukup tinggi.

"Secara umum menggembirakan dengan deflasi 0,05 persen. Meski begitu, kita masih perlu hati-hati karena inflasi harga bergejolak 4,97 persen secara tahunan," pungkas Suhariyanto. (bir)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER