Jakarta, CNN Indonesia -- Presiden Joko Widodo (
Jokowi) berjanji akan menyambangi kantor pusat
Toyota Motor Corporation di
Jepang. Tujuannya, agar perusahaan otomotif tersebut mau menambah investasinya di Indonesia.
Saat ini,
investasi PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) dalam dua tahun terakhir sudah mencapai Rp22,75 triliun. Ini merupakan buah dari pertemuan ia dengan Presiden Direktur Toyota Motor Corporation Akio Toyoda di Jepang tiga tahun lalu.
Namun, Jokowi merasa masih kurang puas dengan investasi yang digelontorkan Toyota hingga saat ini. "Saya kejar terus, saya nanti ke Jepang mau ketemu lagi dengan Toyota. Pertama, ucapkan terima kasih. Kedua, saya ingin tambah lagi (investasinya)," jelasnya di Tanjung Priok, Rabu (5/9).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut Jokowi, investasi perusahaan otomotif sangat penting untuk mendongkrak ekspor nasional di kemudian hari. Ia tak mau Indonesia kalah dengan Thailand yang merupakan eksportir mobil terbesar di kawasan Asia.
Ekspor mobil utuh (Complete Build-Up Unit/CBU) dari Thailand pada tahun lalu tercatat 1,14 juta unit. Angka ini hampir lima kali lipat dibandingkan ekspor Indonesia yang hanya 231,2 ribu unit mobil.
Di samping itu, investasi otomotif juga dipandang bisa memberikan dampak baik ke industri komponen skala kecil dan menengah. Ia mencontohkan produksi Toyota yang Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) sudah mencapai 75 persen hingga 94 persen.
"Sektor otomotif itu dua-duanya kena, kena investasi dan ekspor juga. Selain itu, local content-nya tinggi, sehingga kita harapkan industri lokal ikut bergerak naik karena itu," imbuh Jokowi.
Tak hanya berdampak baik bagi ekonomi, investasi sektor otomotif juga diperlukan demi pengembangan mobil listrik. Saat ini, pemerintah tengah mempersiapkan dua payung hukum pengembangan mobil listrik, yakni peta jalan mobil listrik di Kementerian Perindustrian dan Peraturan Presiden mengenai mobil listrik.
"Dan ini semua masih dalam proses," tutur dia.
Data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) menunjukkan bahwa ekspor mobil tahun lalu 231,2 ribu ini meningkat 18,94 persen jika dibandingkan tahun sebelumnya 194,4 ribu unit. Sementara itu, produksi mobil di tahun lalu tercatat 1,21 juta unit.
Utang Jepang 'Segunung'Namun, sekadar mengingatkan, Jepang sendiri tengah bergulat dengan utangnya yang "menggunung." Beban utang Jepang saat ini mencapai dua kali lipat dari Produk Domestik Bruto (PDB) mereka dan tercatat yang tertinggi di dunia.
Sebagai perbandingan, berdasarkan data Organisasi Kerja Sama dan Pembangunan (OECD), beban utang Amerika Serikat (AS) saja hanya sebesar 125 persen dari PDB mereka.
Makanya, Pemerintah Jepang berniat menaikkan pajak penjualan mereka pada Oktober 2019 mendatang. Dilansir Reuters, Selasa (4/9), kenaikan pajak penjualan diperkirakan menjadi sebesar 10 persen dari posisi saat ini, yaitu 8 persen.
Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe mengungkapkan kenaikan pajak penjualan demi menggalang dana di tengah gejolak ekonomi Jepang dan untuk menutup utang negara. Lagipula, pajak penjualan di Jepang selama ini tercatat yang terendah dibandingkan negara-negara kaya lainnya.
"Kami harus mencapai ini (kenaikan pajak penjualan) dengan segala cara," tandasnya, mengingatkan bahwa pajak penjualan di Jepang naik dari 5 persen ke 8 persen terakhir kalinya pada 2014 silam.
(bir)