Jakarta, CNN Indonesia -- Pemerintah
China meyakini bahwa kebijakan pembatasan
impor yang dilakukan oleh Pemerintah Indonesia demi memperbaiki defisit transaksi neraca berjalan RI tak akan mengganggu hubungan dagang kedua negara.
"Dalam jangka pendek, ekspor China ke Indonesia mungkin akan sedikit terkena dampak. Namun, dalam jangka panjang, saya kira ini (pembatasan impor) tidak akan menjadi masalah," ujar Sekretaris I Kedutaan Besar China untuk Indonesia Li Hanqing kepada
CNNIndonesia.com di Jakarta, Jumat (7/9).
Li memahami kepentingan Indonesia untuk memperbaiki defisit transaksi berjalan melalui perbaikan kondisi neraca perdagangan mengingat depresiasi nilai tukar rupiah. Sekadar gambaran, depresiasi rupiah terhadap dolar AS sempat menyentuh 11 persen sepanjang Januari-4 September 2018.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Mata uang Garuda sempat tertekan hingga menembus level Rp15 ribu per dolar AS pada pekan ini.
Makanya, salah satu cara pemerintah untuk mengurangi impor adalah dengan mengerek pajak penghasilan (PPh) Pasal 22 untuk sejumlah barang konsumsi.
Sementara, Li mengingatkan ekspor China ke Indonesia sebagian besar merupakan bahan baku dan barang modal, seperti mesin dan peralatan.
Ke depan, kedua negara akan mempererat hubungan dagang melalui kerja sama dan pameran perdagangan.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), China merupakan salah satu mitra dagang utama bagi Indonesia.
Sepanjang Januari-Juli 2018, defisit perdagangan Indonesia dengan China mencapai US$10,5 miliar meningkat dari periode yang sama tahun lalu yang minus US$8,05 miliar. Komoditas impor dari China sebagian besar merupakan barang modal, namun Indonesia juga mengimpor bahan pangan, seperti beras dan apel.
(bir)