Staf Khusus Presiden Bidang Ekonomi Ahmad Erani Yustika mengatakan penurunan proyeksi dilakukan lantaran pelemahan kinerja perdagangan belakangan ini. Data Badan Pusat Statistik (
BPS) mencatat, neraca perdagangan Agustus mengalami defisit US$1,02 miliar.
Erani mengatakan jika neraca perdagangan netral di bulan Agustus, seharusnya surplus sebesar US$4 miliar hingga US$6 miliar. "Saya sudah hitung bersama tim, mungkin barangkali kami masih surplus hingga akhir tahun meski tak setinggi tahun 2017 kemarin," jelas Erani di Jakarta, Rabu (19/9).
Ia menyebut, sebenarnya Istana cukup senang ketika neraca ekspor-impor non migas mencatat surplus US$639,6 juta. Bahkan, tim ekonomi Istana mengaku kaget melihat defisit neraca perdagangan Agustus kemarin terpangkas setengahnya.
Pasalnya, kebijakan pengurangan impor seperti penerapan Pajak Penghasilan (PPh) 22 impor dan implementasi biodiesel di dalam Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis solar sebanyak 20 persen (B-20) juga baru berjalan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Meski demikian, defisit perdagangan migas masih menjadi perhatian tim ekonomi Istana. Pihaknya berharap masalah tersebut bisa segera selesai secepatnya.
Data BPS mencatat, Indonesia mengalami defisit neraca perdagangan migas sebanyak US$1,66 miliar. "Memang pekerjaan rumahnya adalah di neraca migas," pungkas dia.
Kendati menurunkan proyeksi, Erani bilang surplus neraca perdagangan di akhir tahun tak akan mempengaruhi kontribusinya terhadap pertumbuhan ekonomi. Sebab, faktor lain di luar ekspor-impor diperkirakan membaik hingga akhir tahun.
Dari segi belanja pemerintah, ada kecenderungan pertumbuhan pengeluaran di kuartal III dan IV sesuai tren yang terjadi selama ini. Pertumbuhan konsumsi rumah tangga juga diharapkan stabil di atas 5 persen seiring inflasi yang diharapkan sesuai target APBN 3,5 persen.
Sementara itu, investasi kata Erani pada semester II akan tumbuh, namun tidak bergerak banyak seiring sentimen global yang menyerang Indonesia saat ini.
"Sebetulnya pertumbuhan ekspor ini cukup oke, angkanya 10,39 persen secara
year-on-year antara Januari hingga Agustus kemarin. Selama dua kali dipertahankan, yakni konsumsi rumah tangga dan efektivitas penyerapan anggaran, harusnya pertumbuhan 5,2 persen sudah di tangan," pungkas dia.