Jakarta, CNN Indonesia -- Badan Pusat Statistik (
BPS) mencatat impor minyak dan gas (migas) sepanjang Agustus 2018 masih menjadi 'biang kerok' utama pemicu terjadinya defisit
neraca perdagangan dalam negeri. Tercatat pada periode tersebut
impor migas masih mencapai US$3,04 miliar.
Padahal pada saat yang sama, ekspor migas hanya tercatat US$1,38 miliar. Kepala BPS Suhariyanto mengatakan impor migas tersebut naik 14,5 persen dibanding bulan sebelumnya.
"Dan bila ditelisik, itu berasal dari impor minyak mentah yang naik 67,5 persen," katanya di Jakarta, Senin (17/9).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Impor minyak mentah pada periode Agustus tercatat masih US$1,04 miliar, sedangkan ekspornya hanya US$564,5 juta. Dengan kata lain, terdapat defisit neraca dagang minyak mentah sebesar US$478 juta.
Untuk impor hasil minyak mencapai US$1,69 miliar atau lebih besar jika dibanding ekspor yang hanya mencapai US$92,1 juta. Atau, terdapat defisit 1,6 miliar.
Suhariyanto mengatakan komoditas minyak mentah dan hasil minyak masih menyumbang defisit bagi perdagangan karena jumlah volume impor masih cukup besar di tengah harga minyak mentah dunia yang masih cenderung tinggi.
Sebaliknya, volume ekspor minyak tak begitu tinggi di saat harga minyak mentah Indonesia (Indonesian Crude Oils Price/ICP) justru tengah menurun. Tercatat, rata-rata ICP Juli 2018 sekitar US$70,8 per barel, sedangkan ICP Agustus 2018 turun ke US$69,36 per barel.
Namun, komoditas gas rupanya berhasil menyumbang surplus, meski nilainya tak mampu menopang defisit minyak mentah dan hasil minyak. Tercatat, nilai impor gas sebesar US$307 juta dan ekspor gas dari Tanah Air senilai mencapai US$728 juta. Walhasil, masih ada surplus perdagangan gas sekitar US$421 juta.
Kendati begitu, impor non migas sejatinya turun cukup dalam 11,79 persen menjadi US$13,79 miliar. Sayangnya, pada saat yang sama, ekspor non migas juga menurun sekitar 2,86 persen menjadi US$14,43 miliar. Hal ini membuat surplus perdagangan non migas hanya sekitar US$639,6 miliar, sedangkan total defisit perdagangan migas mencapai US$1,66 miliar.
"Diharapkan memang berbagai kebijakan yang sekarang dilakukan pemerintah bisa memperkuat ekspor dan mengurangi impor, termasuk dengan biodiesel 20 persen kemarin," pungkasnya. (uli/agt)