Rupiah Melemah ke Rp14.922 per Dolar AS Usai BI Naikkan Bunga

Tim | CNN Indonesia
Kamis, 27 Sep 2018 18:03 WIB
Nilai tukar rupiah berada di posisi Rp14.922 per dolar AS pada perdagangan Kamis (27/9), melemah tipis 12 poin atau 0,08 persen dari penutupan kemarin.
Nilai tukar rupiah berada di posisi Rp14.922 per dolar AS pada perdagangan Kamis (27/9), melemah tipis 12 poin atau 0,08 persen dari penutupan kemarin. (ANTARA FOTO/M Agung Rajasa).
Jakarta, CNN Indonesia -- Nilai tukar rupiah berada di posisi Rp14.922 per dolar AS pada perdagangan pasar spot sore ini, Kamis (27/9). Posisi ini melemah tipis 12 poin atau 0,08 persen dari level penutupan kemarin Rp14.910 per dolar AS.

Kurs referensi Bank Indonesia (BI), Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) menempatkan rupiah di Rp14.919 per dolar AS atau menguat dari posisi kemarin di Rp14.938 per dolar AS.

Sejalan dengan rupiah, beberapa mata uang di kawasan Asia juga melemah, seperti dolar Hong Kong minus 0,03 persen, rupee India minus 0,02 persen, dan yen Jepang minus 0,01 persen.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Namun, mayoritas mata uang Asia lain justru menguat dari dolar AS. Won Korea Selatan menguat 0,43 persen, peso Filipina 0,19 persen, baht Thailand 0,12 persen, dolar Singapura 0,04 persen, ringgit Malaysia 0,03 persen, dan renminbi China 0,02 persen.


Sebaliknya, mayoritas mata uang utama negara maju justru berada di zona merah. Franc Swiss melemah 0,38 persen, dolar Australia minus 0,36 persen, poundsterling Inggris minus 0,33 persen, dolar Kanada minus 0,29 persen, dan euro Eropa minus 0,26 persen. Hanya rubel Rusia yang menguat 0,07 persen.

Analis Monex Investindo Dini Nurhadi Yasyi melihat pergerakan rupiah sejatinya cenderung stabil, meski berakhir melemah tipis karena penguatan indeks dolar AS tengah meninggi usai kenaikan bunga acuan bank sentral AS, The Federal Reserve.

Kamis dini hari tadi, The Fed kembali menaikkan bunga acuannya sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 2-2,25 persen. Namun, BI kemudian langsung ikut mengerek bunga acuannya sebesar 25 bps menjadi 5,75 persen.


Menurut Dini, kebijakan BI sebenarnya berhasil menahan pelemahan rupiah yang lebih dalam akibat penguatan dolar AS. Namun, dampaknya belum berhasil membuat rupiah menguat karena ada sentimen lain yang diperhitungkan pasar.

"Ini menjadi sentimen penggerak rupiah, tapi mungkin dampaknya lebih banyak besok. Soalnya pasar juga masih antisipasi sentimen dari Amerika lagi," ujarnya kepada CNNIndonesia.com, Kamis (27/9).

Kamis malam ini, AS akan kembali merilis data pertumbuhan ekonomi dan penjualan barang jangka panjang (durable goods) Negeri Paman Sam. Untuk data pertumbuhan ekonomi, pasar berekspektasi bisa bertahan di kisaran 4,2 persen.

"Kalau yang dirilis sesuai dengan estimasi saja, ini akan jadi sentimen positif bagi dolar AS, karena ini angka tertinggi hampir 10 tahun terakhir," terangnya.


Sementara itu, data durable goods ekspektasinya lebih baik dari sebelumnya, sehingga secara otomatis sudah bisa memberi sentimen positif pada dolar AS pada esok hari. (uli/lav)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER