Jakarta, CNN Indonesia -- Pemerintahan
Italia yang baru berencana mengajukan target
defisit anggaran tiga kali lebih besar dari pemerintahan sebelumnya untuk tahun depan. Keputusan ini diambil meski ditentang keras Komisi
Uni Eropa.
Italia memiliki beban utang terberat di antara ekonomi Uni Eropa lainnya, sekitar 130 persen dari produk domestik bruto (PDB). Rasio utang ini merupakan yang terbesar setelah Yunani yang sempat didera krisis berkepanjangan.
Tak heran, target defisit anggaran yang kian besar bikin Uni Eropa waswas.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pejabat dan diplomat di Brussels masih berharap kekuatan pasar akan meyakinkan Italia untuk mengubah rencana anggarannya sebelum mereka secara resmi diserahkan pada pertengahan Oktober ke Komisi Uni Eropa.
Jika target defisit tetap tidak berubah pada tenggat waktu Oktober, Komisi dapat menolak anggaran rancangan Italia, sesuatu yang belum pernah dilakukan ke negara mana pun.
"(Rencana fiskal Italia saat ini) tampaknya tidak sejalan dengan stabilitas dan pertumbuhan," kata Wakil Presiden Komisi Valdis Dombrovski, seperti dikutip dari Reuters, Sabtu (29/9).
Uni Eropa dapat memberikan sanksi jika Italia tetap kekeh mengajukan defisit anggaran tersebut. Namun, keputusan Komisi Uni Eropa terkait sanksi kemunginan akan sangat dipengaruhi kondisi politik ketimbang ketentuan yang berlaku, seiring mulai dekatnya pemilihan parlemen.
Hal ini disadari Roma, melihat Perancis yang berhasil lolos dari sanksi meki membuat defisit Uni Eropa selama sembilan tahun. Komisi juga tak memberikan sanksi pada Spanyol dan Portugal yang mengalami defisit besar pada 2016 lalu.
Pemerintahan Italia yang baru berjalan empat bulan ini menargetkan defisit anggaran 2,4 persen dari PDB untuk tiga tahun ke depan. Kenaikan defisit tersebut dilakukan untuk membiayai ekspansi besar di bidang kesejahteraan, melakukan pemotongan pajak, serta membangun infrastruktur publik.
Kondisi ini memicu aksi jual pada surat utang pemerintah dan mengakibatkan imbal hasil obligasi naik 32-42 bps, terparah sejak Mei lalu.
Saham-saham perbankan Italia rontok hingga 7,26 persen, sedangkan indeks FTSE MIB Italia ditutup anjlok 3,72 persen. Sementara indeks Pan Europe turun 0,83 persen.
"Jumlah defisit lebih tinggi dari yang diharapkan dan itu jelas bukan pertanda baik. Semua perhatian sekarang akan beralih ke lembaga pemerintah yang sedang menunggu anggaran untuk mempertimbangkan kembali penilaian mereka, " kata Gilles Guibout, Manajer Portofolio di AXA IM Paris, mengutip Reuters, Jumat (28/9)
Selain penurunan dari indeks saham, mata uang Euro juga jatuh ke level terendahnya dalam sebelas hari terakhir.
Tercatat, Euro turun 0,31 persen menjadi US$1,1603. Sementara indeks saham MSCI di seluruh dunia turun 0,23 persen.
Selain euro, mata uang negara Eropa lainnya ikut terseret. Poundsterling Inggris melemah 0,38 persen, sedangkan franc Swiss melemah 0,45 persen.
Melihat perubahan besar di Italia ini, Perdana Menteri Giuseppe Conte mengatakan bahwa keputusan ini telah dipertimbangkan, masuk akal, dan berani untuk dilakukan. Menurutnya rencana anggaran ini termasuk dalam program investasi publik terbesar yang pernah dilakukan Italia.
(mjs/agi)