Jakarta, CNN Indonesia --
Kementerian Keuangan menarik utang lewat Obligasi Ritel (
ORI) senilai Rp17,7 triliun hingga hari ini. Jumlah ini masih jauh dari target indikatif penerbitan
Surat Berharga Negara (SBN) ritel yang dipatok sebesar Rp30 triliun.
Direktur Surat Utang Negara Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan Loto Srinaita Ginting mengatakan pemerintah masih memiliki dua instrumen untuk sisa penerbitan SBN ritel, yaitu ORI Seri ORI015 yang diluncurkan hari ini dan Sukuk Tabungan (ST) seri ST002 yang direncanakan terbit November 2018 nanti.
Sebelumnya, ada tiga instrumen SBN ritel yang telah terbit, yakni Sukuk Ritel (SR) Seri SR010, Saving Bond Ritel (SBR) Seri SBR003, dan SBR004.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dengan demikian, total penerbitan instrumen SBN ritel tahun ini sebanyak lima instrumen.
Kalau animo investor melampaui target indikatif, lanjut Loto, maka pemerintah akan membuka alternatif penyesuaian pada penerbitan SBN domestik melalui penawaran lelang dan penempatan langsung (private placement).
"Sebenarnya, antar instrumen bisa menyesuaikan. Jadi, kalau SBN ritel permintaannya (demand) lebih tinggi, berarti akan mengurangi target di SBN domestik yang lainnya," ujarnya di Gedung Bursa Efek Indonesia (BEI), Kamis (4/10).
Loto melanjutkan pemerintah berupaya untuk memperluas basis investor domestik, khususnya ritel. Sebab, investor ritel memiliki karakteristik yang lebih 'tahan banting' dibandingkan investor institusi ketika terjadi gejolak di pasar global yang berimbas ke pasar keuangan domestik.
Investor institusi, menurut dia, memiliki batasan level tertentu ketika terjadi tekanan pasar untuk melakukan aksi jual atau cut loss. Sebaliknya, investor ritel cenderung memilih bertahan.
"Investor individu, kalau belum untung, dia pegang saja dulu (investasinya). Karena dia juga menyisihkan tabungan sebagian untuk investasi, sehingga memiliki kemampuan bertahan untuk tidak melakukan cut loss. Kondisi ini seharusnya bisa meredam tekanan jual ketika pasar domestik dalam keadaan tertekan," imbuhnya.
Tawaran Kupon TinggiKementerian Keuangan baru saja menerbitkan ORI Seri 015 dengan tawaran kupon yang relatif tinggi, yaitu hingga 8,25 persen. Nilai kupon ini lebih besar dibanding ORI 014, seri pendahulunya yang menawarkan kupon sebesar 5,85 persen.
ORI seri teranyar ini dapa dipesan minimal Rp1 juta dengan pemesanan maksimal Rp3 miliar. Tenor untuk ORI tersebut selama tiga tahun atau sampai 15 Oktober 2021.
ORI ditawarkan mulai 4 - 25 Oktober 2018 mendatang dan akan dicatatkan pada 29 Oktober 2018.
Loto mengungkapkan dana yang diterbitkan dari SBN ritel seluruhnya akan dialokasikan untuk pembiayaan APBN. "Khususnya peningkatan kualitas pendidikan," jelasnya.
Untuk memasarkan ORI015, Kementerian Keuangan menggandeng 17 mitra distribusi yang terdiri dari 15 bank dan dua perusahaan efek. Antara lain BRI, BCA, BNI, Bank Mandiri, Bank CIMB Niaga, DBS Indonesia, HSBC Indonesia, Bank OCBC NISP, BTN, Standard Chartered, Bank Danamon, Bank Permata, Bank Panin, Maybank Indonesia, dan Commonwealth Bank.
Sementara dua sekuritas yang menjadi mitra distribusi, yaitu Bahana Sekuritas dan Trimegah Sekuritas.
(ulf/bir)