Jakarta, CNN Indonesia -- Duta Besar
Amerika Serikat untuk
Liberia telah meminta penyidik di negara Afrika bagian Barat itu untuk
menginvestigasi proses hilangnya US$104 juta dalam uang yang baru dicetak atau senilai 5 persen Produk Domestik Bruto (PDB).
Skandal mata uang telah memicu kemarahan dan kebingungan di Liberia. Terlebih, ketika Bank Sentral Liberia membantah laporan dari Menteri Informasi bahwa uang tunai yang setara Rp1,5 triliun itu telah
raib tak tersisa.
Pada akhir September, pemerintah mengatakan meminta bantuan AS untuk menyelidiki keberadaan uang tersebut. Dalam hal ini,
Washington telah bekerja dengan pemerintah Liberia mengenai isu transparansi dan tata kelola fiskal di masa lalu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dilansir dari
Reuters, Kedutaan Besar AS mengatakan telah meminta pihak-pihak yang terkait dengan penyelidikan untuk menetapkan fakta-fakta dasar dari kasus tersebut. Tak hanya itu, AS juga meminta menentukan misi yang lebih luas.
"Laporan seperti itu akan menjadi cara yang paling efektif dan kredibel untuk menentukan skala masalah dengan cepat," katanya,
Selain itu, Ia mengatakan bahwa hasil penyelidikan akan diumumkan kepada publik. Maka, warga Liberia diharapkan
besabar dalam menghadapi kasus ini.
Sebagai informasi, skandal ini telah menjadi masalah krisis politik terbesar bagi
George Weah sejak ia menjabat sebagai Presiden Liberia pada Januari 2018.
Weah telah meminta dilakukan penyelidikan, bahkan lebih dari 30 mantan pejabat bank dilarang untuk meninggalkan Liberia.
Pada awal Oktober, Gubernur Bank Sentral
Nataniel Patray mengatakan audit
internal bank terkait menemukan bahwa semua catatan yang dikirim dari Swedia antara tahun 2016 dan 2018 benar-benar dicatat dan disimpan dalam brankas cadangan bank.
(mjs/lav)