Jakarta, CNN Indonesia -- Sebagian besar harga saham perusahaan
Grup Lippo roboh di lantai bursa, terseret sentimen negatif dugaan suap perizinan pembangunan proyek
Meikarta terhadap sejumlah pejabat Pemerintah Kabupaten Bekasi, Jawa Barat.
Lini bisnis properti milik Grup Lippo dianggap bertanggung jawab atas pembangunan megaproyek yang investasinya ditaksir mencapai Rp278 triliun tersebut.
Mengutip RTI Infokom, pada perdagangan Selasa (16/10) pagi, pukul 10.30 WIB, Saham PT Lippo Cikarang Tbk (LPCK), anjlok hingga 14,08 persen atau 195 poin ke level Rp1.190, dari penutupan perdagangan kemarin Rp1.385. Saham perusahaan yang bernaung di bawah bendera bisnis Grup Lippo dibuka di level Rp1.350.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sehari sebelumnya, saham
emiten berkode LPCK itu juga melorot 14,77 persen ke posisi Rp1.385 dari penutupan perdagangan hari sebelumnya Rp1.625.
Tak hanya itu, sejak berita soal Operasi Tangkap Tangan (OTT) oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) terkait dugaan suap Meikarta menyebar, saham PT Lippo Karawaci Tbk juga langsung ambrol.
Saham emiten berkode LPKR itu turun 8 poin atau 2,68 persen ke posisi Rp290 pada penutupan perdagangan kemarin dari sebelumnya di Rp298.
Pelemahan saham LPKR terus berlanjut pada pembukaan perdagangan hari ini ke level Rp278. Hingga pukul 10.00 WIB, saham LPKR terus merosot 26 poin atau 8,97 persen ke posisi Rp264.
Analis Lotus Andalan Sekuritas Krishna Setiawan mengatakan anjloknya saham Lippo Cikarang dan Lippo Karawaci, dipicu sentimen negatif dugaan suap perizinan pembangunan Meikarta. Ia menuturkan saham LPKR menyentuh level terendah dalam 13 tahun terakhir.
"Kabar itu kemarin sudah beredar di pasar dan langsung mendapat respon negatif dengan koreksi tajam (saham LPKR) ke level terendah baru yang belum pernah terlihat sejak 2005," kata Krishna kepada CNN Indonesia.com, Selasa (16/10).
Dia memperkirakan koreksi harga saham kedua emiten bisa terus berlanjut, dan baru akan mereda sampai masalah Meikarta menjadi tuntas.
Analis BCA Sekuritas Achmad Yaki menyampaikan analisis serupa. Ia telah melihat tren pelemahan dua saham perusahaan properti itu pada September lalu. Sejak 18 September hingga perdagangan kemarin, saham LPKR melemah sekitar 18-19 persen dan saham LPCK turun drastis sekitar 25 persen.
"Selain sektor properti yang masih
lagging (lambat), berita ini juga akan menambah tekanan di kedua saham ini," ujar Achmad.
Ia menjelaskan saham LPCK ikut terdampak lantaran lokasi kawasan hunian komersial Orange Country milik LPCK berdekatan dengan lokasi pembangunan Meikarta milik LPKR. Selain tentunya sentimen satu bendera Grup Lippo.
Dengan kondisi tekanan saat ini, Achmad Yaki merekomendasi jual ketika harga meningkat atau
Sell On Strength (SOS) untuk saham LPKR dan LPCK. Ia mengatakan prospek kedua saham sangat tergantung dari penyelesaian kasus serta keberlanjutan proyek Meikarta.
"Sebaiknya
Sell On Strength (SOS), LPKR di rentang Rp286-Rp304 dan LPCK di rentang Rp1.380-Rp1.525," ujarnya.
(ulf/lav)