
Pertamina Minat Ambil Alih Kelola Blok Jabung dari PetroChina
Tim, CNN Indonesia | Selasa, 16/10/2018 18:12 WIB

Jakarta, CNN Indonesia -- PT Pertamina (Persero) telah menyatakan minatnya untuk mengelola Blok Jabung, Jambi. Blok minyak dan gas (migas) yang semula dikelola oleh PetroChina International Ltd itu akan habis masa kontraknya atau terminasi pada Februari 2023.
"Pertamina mengusulkan, tapi yang existing-kan juga yang paling pertama kita lihat," kata Direktur Jenderal Minyak dan Gas (Migas) Kementerian Energi, dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Djoko Siswanto di Gedung DPR, Senin (16/10).
PetroChina International Jabung Ltd sebagai operator memiliki hak kelola sebesar 27,85 persen. Sedangkan Pertamina memiliki hak kelola 14,28 persen melalui PT Pertamina Hulu Energi (PHE). Kemudian, hak kelola Petronas Carigali sebesar 27,85 persen dan PT PP Oil&Gas sebesar 30 persen.
Direktur Eksekutif Energy Watch Mamit Setiawan mengatakan Pertamina memiliki peluang besar untuk mendapatkan Blok Jabung, mengingat mereka adalah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) sehingga layak menjadi prioritas.
Akan tetapi, Pertamina harus bersaing dengan kontraktor eksisting yaitu PetroChina. Mamit memperkirakan PetroChina akan memberikan tawaran yang menarik, sebab saat ini mereka hanya memiliki dua Wilayah Kerja (WK), salah satunya Blok Jabung.
Jika Pertamina berminat untuk mengelola Blok Jabung, mau tidak mau mereka harus memberikan komitmen signature bonus, investasi maupun pendapatan untuk negara yang lebih tinggi dibandingkan dengan PetroChina.
"Tinggal bagaimana tawaran yang diajukan oleh Pertamina, apakah lebih baik dari PertroChina. Tinggal Pertamina maukah bersaing lagi? Mengingat mereka sudah habis-habisan di Blok Rokan," ujar Mamit.
Sebagai informasi, Pemerintah menunjuk Pertamina untuk mengelola delapan blok-blok migas terminasi tahun 2018. Rencananya, kontrak bagi delapan blok ini akan menganut rezim kontrak bagi hasil produksi (Production Sharing Contract/PSC) Gross Split.
Dari delapan blok migas tersebut, lima diantaranya merupakan peralihan dari kontraktor yang berbeda. WK migas itu terdiri dari blok Sanga-Sanga yang dioperatori Virginia Indonesia Co LLC, blok South East Sumatera yang dioperatori CNOOC SES Ltd, blok Tengah oleh Total E&P Indonesie, blok East Kalimantan yang dioperatori Chevron Indonesia Company, dan blok Attaka yang sebelumnya dioperatori Inpex Corporation.
Sementara itu, tiga blok lain yang terdiri dari blok North Sumatera Offshore (NSO) dan dua blok berbentuk Joint Operating Body (JOB) Tuban dan Ogan Komering sebelumnya sudah dikerjakan oleh Pertamina. (ulf/lav)
"Pertamina mengusulkan, tapi yang existing-kan juga yang paling pertama kita lihat," kata Direktur Jenderal Minyak dan Gas (Migas) Kementerian Energi, dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Djoko Siswanto di Gedung DPR, Senin (16/10).
PetroChina International Jabung Ltd sebagai operator memiliki hak kelola sebesar 27,85 persen. Sedangkan Pertamina memiliki hak kelola 14,28 persen melalui PT Pertamina Hulu Energi (PHE). Kemudian, hak kelola Petronas Carigali sebesar 27,85 persen dan PT PP Oil&Gas sebesar 30 persen.
Lihat juga:Hati-hati Surplus Perdagangan Semu |
Direktur Eksekutif Energy Watch Mamit Setiawan mengatakan Pertamina memiliki peluang besar untuk mendapatkan Blok Jabung, mengingat mereka adalah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) sehingga layak menjadi prioritas.
Akan tetapi, Pertamina harus bersaing dengan kontraktor eksisting yaitu PetroChina. Mamit memperkirakan PetroChina akan memberikan tawaran yang menarik, sebab saat ini mereka hanya memiliki dua Wilayah Kerja (WK), salah satunya Blok Jabung.
Jika Pertamina berminat untuk mengelola Blok Jabung, mau tidak mau mereka harus memberikan komitmen signature bonus, investasi maupun pendapatan untuk negara yang lebih tinggi dibandingkan dengan PetroChina.
"Tinggal bagaimana tawaran yang diajukan oleh Pertamina, apakah lebih baik dari PertroChina. Tinggal Pertamina maukah bersaing lagi? Mengingat mereka sudah habis-habisan di Blok Rokan," ujar Mamit.
Sebagai informasi, Pemerintah menunjuk Pertamina untuk mengelola delapan blok-blok migas terminasi tahun 2018. Rencananya, kontrak bagi delapan blok ini akan menganut rezim kontrak bagi hasil produksi (Production Sharing Contract/PSC) Gross Split.
Dari delapan blok migas tersebut, lima diantaranya merupakan peralihan dari kontraktor yang berbeda. WK migas itu terdiri dari blok Sanga-Sanga yang dioperatori Virginia Indonesia Co LLC, blok South East Sumatera yang dioperatori CNOOC SES Ltd, blok Tengah oleh Total E&P Indonesie, blok East Kalimantan yang dioperatori Chevron Indonesia Company, dan blok Attaka yang sebelumnya dioperatori Inpex Corporation.
Lihat juga:Faktor Penentu Kenaikan Harga BBM |
Sementara itu, tiga blok lain yang terdiri dari blok North Sumatera Offshore (NSO) dan dua blok berbentuk Joint Operating Body (JOB) Tuban dan Ogan Komering sebelumnya sudah dikerjakan oleh Pertamina. (ulf/lav)
ARTIKEL TERKAIT

Faktor Penentu Kenaikan Harga BBM
Ekonomi 4 bulan yang lalu
Setelah B20, Kini Pemerintah Wacanakan Program Solar Hijau
Ekonomi 4 bulan yang lalu
Nasib Keuangan Pertamina Tanpa Kenaikan Harga Premium
Ekonomi 4 bulan yang lalu
Pertamina Masih Untung Meski Harga Premium Urung Naik
Ekonomi 4 bulan yang lalu
Bos Pertamina Akui Dikontak Jonan soal Kenaikan Harga Premium
Ekonomi 4 bulan yang lalu
VIDEO: Kemenkeu Belum Merespons Ketidakpastian Harga BBM
Ekonomi 4 bulan yang lalu
BACA JUGA

Tolak Eksepsi, Hakim Lanjutkan Sidang Karen Agustiawan
Nasional • 21 February 2019 12:18
KPK: Kasus Petral Tak Berhenti
Nasional • 17 February 2019 16:47
Awak Mobil Tangki Adang Jokowi, Istana Sebut Salah Sasaran
Nasional • 14 February 2019 15:31
VIDEO: Awak Mobil Tangki Pertamina Adang Mobil Jokowi
Nasional • 14 February 2019 12:03
TERPOPULER

Sempat Disetop, PUPR Lanjutkan Bangun Jembatan Trans Papua
Ekonomi • 54 menit yang lalu
VIDEO: Perang Dagang AS-Cina Disebut Segera Berakhir
Ekonomi 1 jam yang lalu
BI Sebut Proses Izin LinkAja Sudah Tahap Akhir
Ekonomi 9 jam yang lalu