Jakarta, CNN Indonesia -- Lembaga pemeringkat
Moody's Investor Service memproyeksi peringkat kredit PT
Pertamina (Persero) yang kini berada di level Baa2 dengan prospek stabil akan memburuk dalam tiga tahun ke depan.
Natalie Chin, Communications Strategist Southeast Asia Global Communications Moody's Investor mengungkapkan penurunan rating diperkirakan terjadi karena perseroan akan membutuhkan tambahan utang untuk mendanai belanja modalnya senilai US$18 miliar.
"Sebagian dari pendanaan akan berasal dari penerbitan nota tanpa jaminan senior (senior unsecured notes) berdenominasi dolar yang telah dipasarkan oleh Pertamina pada akhir Oktober 2018," ungkap Natalie dalam hasil riset Moody's yang diterbitkan Senin (22/10),
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Moody's memproyeksikan rasio saldo arus kas terhadap utang bersih akan menyusut menjadi hanya 22-25 persen hingga 2021 dari semula 51,2 persen pada 2017. Meski demikian, levelnya tetap nyaman di atas ambang downgrade sebesar 20 persen.
Kendati demikian, kualitas kredit perseroan dapat mendukung belanja modal yang tinggi. Pertamina diperkirakan memiliki kapasitas yang baik untuk mengakomodasi peningkatan leverage dan meningkatnya ketergantungan pada utang dalam peringkat Baa2.
Rencana belanja modal yang ambisius akan meningkatkan profil operasi. Moody's meyakini Pertamina akan mengambil bagian lebih besar terhadap kebutuhan investasi migas nasional yang bernilai total US$150 miliar sampai 2025. Hal itu dilakukan untuk membela kepentingan nasional sesuai keinginan pemerintah.
Rencana belanja modal Pertamina akan diarahkan untuk meningkatkan produksi hulu, serta memperluas kapasitas kilangnya. Selama beberapa tahun ke depan, Moody's memperkirakan Pertamina akan semakin menguasai pangsa pasar hulu, dan memperpanjang masa cadangannya sembari mempertahankan posisinya dalam penguasaan distribusi penyulingan, pemasaran, dan gas.
Di sisi lain, Pertamina dihadapkan pada risiko operasional yang tinggi karena mengambil alih operasi blok migas domesti dari perusahaan lain, termasuk beberapa aset terbesar negara, terutama selama periode transisi.
Namun, rencana perusahaan untuk membawa mitra proyek yang memiliki keahlian teknis relevan akan membantu mengurangi risiko operasional dan keuangan yang ditanggung Pertamina. Moody's meyakini kemitraan kilang dengan Saudi Aramco dan Perusahaan Minyak PSJC Rosneft akan mengurangi sebagian risiko pelaksanaan proyek.
Sebagai perusahaan migas yang dimiliki sepenuhnya oleh pemerintah, Pertamina merupakan entitas yang penting dalam melaksanakan agenda hidrokarbon nasional. Maka itu, menurut dia, dukungan pemerintah yang sangat tinggi tetap dibutuhkan hingga tahun-tahun mendatang.
"Kami percaya bahwa pemerintah akan terus merancang kebijakannya sedemikian rupa sehingga subsidi bahan bakar yang ditanggung oleh Pertamina sebagian dikompensasi oleh kebijakan-kebijakan hulu yang menguntungkan, termasuk pemberian blok-blok minyak dan gas utama," paparnya.
(lav/bir)